Yang ironis dari ketakutan komunitas Yahudi Eropa terhadap Muslim, tak ada sejarahnya penguasa Islam di Eropa mengusir komunitas Yahudi. Mereka bahkan mengalami masa-masa kebangkitan pemikiran saat tinggal di bawah naungan kesultanan Islam di Andalusia. Salah satu pemikir utama agama Yahudi, Maimonides, hidup pada masa keemasan di Andalusia tersebut.
Pada abad ke-15, justru penguasa Katolik Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang mengusir Yahudi dan Muslim dari Semenanjung Iberia. Bahkan saat itu pun, tulis Avigdor Levy dalam bukunya Sephardim in the Ottoman Empire (1992), Kekhalifahan Utsmaniyah yang menampung komunitas Yahudi yang terusir dari Andalusia, termasuk di Palestina yang saat itu dikuasai kekhalifahan tersebut.
Sebelum lahir gerakan Zionisme, komunitas Yahudi hidup dengan bebas di berbagai wilayah Muslim di Afrika Utara dan Timur Tengah. Hingga saat ini, masih ada komunitas Yahudi di Iran meski negara Ayatullah itu gencar melawan Zionisme.
Sebaliknya, Kerajaan Kristen Eropa berulang kali mengusir dan menganiaya komunitas Yahudi dari wilayah mereka. Misalnya Inggris pada abad ke-13, Prancis pada abad ke-14, demikian juga Austria, Portugal, Sisilia, Lithuania, Portugal, dan Spanyol.
Sebelum itu, pasukan Perang Salib melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap komunitas Yahudi yang mereka temui dalam perjalanan menuju Yerusalem. Sepanjang pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20, komunitas Yahudi juga mengalami Pogrom alias kerusuhan anti-Yahudi di wilayah Kekaisaran Rusia.
Sementara pada 1930-1940-an, jutaan etnis Yahudi dibunuh Nazi Jerman. Berbagai pengusiran dan pembantaian di Eropa itu kemudian jadi salah satu alasan pendirian negara Israel.