REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidup pasti tak selamanya sesuai harapan. Ada kalanya merasakan bagaimana disakiti orang lain. Itu merupakan bukti Allah menyayangi seorang hamba. Bahwa Allah menguji hamba tersebut agar nantinya naik tingkatan ke yang lebih mulia. Lalu bagaimana cara si hamba menghadapi ujian semacam itu?
Nabi Muhammad, teladan semua manusia, yang sudah pasti dijamin masuk surga, ternyata mengalami juga pengalaman disakiti orang lain. Rasulullah punya cara khas ketika dirinya menghadapi orang-orang semacam itu, orang-orang yang menyakiti hatinya.
Dikisahkan, Nabi Muhammad SAW diperlakukan tidak sopan atau disakiti, namun Nabi Muhammad SAW tetap tersenyum kepada orang yang menyakitinya agar hatinya tetap baik. Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya, akan tetapi ia marah karena Allah SWT.
Sebagaimana dilansir dari Sa'atan Sa'atan (Semua Ada Saatnya) yang ditulis Syekh Mahmud Al-Mishri diterjemahkan Ustaz Abdul Somad diterbitkan Pustaka Al-Kautsar, inilah beberapa peristiwa yang menggugah yang diriwayatkan kepada kita tentang bagaimana Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya.
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, Anas bin Malik Radhiayalahu anhu berkata, "Aku berjalan bersama Rasulullah, beliau mengenakan selendang dari Najran yang tepinya kasar. Tiba-tiba datang seorang Arab Badui dari belakang Rasulullah, (orang Arab Badui itu) menarik selendang (Rasulullah) dengan keras, hingga aku melihat ada bekas tepi ujung selendang di tengkuk Rasulullah karena kuatnya tarikan orang Arab Badui itu."
Lihat halaman berikutnya >>>