Kunjungan lima orang muda Nahdliyin ke Israel baru-baru ini menuai kecaman publik. Ketika penduduk Palestina di Jalur Gaza sedang mengalami genosida, mereka justru beramah tamah dengan Presiden Israel, Isaac Herzog. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pun menyayangkan tindakan mereka dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (16/7/2024).
Seorang yang sowan ke Israel itu, Dr Zainul Maarif, menyampaikan kepada pihak zionis maksud kedatangannya. Dalam pidatonya itu, akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta itu menyebut-nyebut sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, presiden keempat RI yang juga tokoh karismatik NU.
"Nahdlatul Ulama adalah organisasi Muslim terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, yang menyuarakan islam moderat. Salah seorang tokoh yang memimpin organisasi tersebut adalah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dia adalah presiden RI keempat yang punya hubungan dekat dengan Simon Peres dan Yahudi," kata Zainul.
Saat menjabat sebagai kepala negara RI, Gus Dur memang pernah mewacanakan pembukaan hubungan diplomatik RI-Israel. Wacana ini langsung memunculkan kontroversi di tengah masyarakat. Namun, hingga ia dilengserkan, kedutaan besar Israel tidak pernah berdiri di Jakarta--sampai kini.
Walaupun sekilas tampak "memberi ruang" pada Israel, keberpihakan Gus Dur pada Palestina tidak dapat diabaikan. Secara tegas, ketum PBNU periode 1984-1999 itu condong pada two-state solution, yakni Palestina dan Israel hidup berdampingan sebagai sama-sama negara merdeka.
Berikut petikan pemberitaan Harian Republika, yang meliput pertemuan presiden Gus Dur dengan pemimpin Palestina Yasser Arafat di Amman, Yordania, tanggal 24 November 1999.
Presiden Wahid: saya tak akan korbankan Palestina
AMMAN --- Kendati mengaku memiliki hubungan baik dengan Israel, Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan tak akan mengorbankan bangsa Palestina. "Walaupun betapa baiknya saya dengan orang Israel tapi tidak akan saya mengorbankan orang Palestina," tegasnya.
Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan pendiriannya itu seusai bertatap muka dengan Presiden Palestina Yasser Arafat, di Istana Al Nadwa, Amman, Jordania, kemarin siang (waktu setempat --Red). Pada kesempatan itu, sebagaimana dilaporkan wartawan Republika Aris Eko Sediono dari Amman semalam, Kepala Negara pun menegaskan sikap Indonesia yang senantiasa mendukung bangsa Palestina dalam perjuangannya melawan Israel.
Mengaku sejak lama telah memperjuangan bangsa Palestina, Abdurrahman kepada Yasser Arafat menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan bangsa Palestina tak akan pernah luntur. "Cuma kadang-kadang tidak kelihatan karena kesulitan ekonomi kita sendiri," kilah pendiri Shimon Pheres Foundation tersebut.
Kepala Negara kepada wartawan pun mengutip pendapat Yasser Arafat mengenai Shimon Pheres. Shimon, menurutnya, merupakan pribadi Israel yang tulus ikhlas. "Artinya betul-betul ingin ada perdamaian yang sungguh-sungguh," simpulnya mengutarakan pendapat Yasser. Sayangnya, kehidupan politik tidak hanya dikuasai figur-figur seperti Shimon Pheres.
Pada kesempatan itu, Kepala Negara menilai penyelesaian masalah Palestina tergantung pada bangsa Palestina sendiri. "Mau berunding seperti apa dengan Israel, kita ikut saja. Jadi tidak ada posisi kita sendiri," ujar Gus Dur seraya mengingatkan, Israel tidak akan bisa hidup tanpa Palestina. Kendati demikian, Kepala Negara tetap berharap, Yerussalem kelak dapat menjadi ibu kota Palestina. Namun, tidak disebutkan, apakah Yerussalem Barat atau Timur.
Pada kesempatan berbeda, Menlu Alwi Shihab kepada wartawan mengungkapkan Indonesia tetap memberi dukungan lebih besar, dibandingkan kepada Israel. Bentuk dukungan itu antara lain, dalam waktu dekat Indonesia akan membuka perwakilan dagang di Gaza. Di sisi lain, menurutnya, Kepala Negara pun memberi tahu Yasser bahwa Indonesia merencanakan membuka hubungan dagang dengan Israel.