Kamis 25 Jul 2024 14:47 WIB

MUI: Waria yang Ingin Bertobat Jangan Dikucilkan

Jika dia adalah laki-laki maka harus kembali ke kodratnya sebagai laki-laki.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Bidang Fatwa, KH Ahmad Fahrur Rozi.
Foto: PBNU
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Bidang Fatwa, KH Ahmad Fahrur Rozi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Bidang Fatwa, KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menanggapi adanya waria yang memakai jilbab dan cadar masuk ke pengajian.

Gus Fahrur mengatakan secara tegas, kalau dia sesungguhnya adalah laki-laki, maka harus kembali ke kodratnya sebagai laki-laki. Artinya dia harus meninggalkan atribut perempuan. Menurut Gus Fahrur, apabila waria tersebut benar-benar ingin bertobat, Gus Fahrur menyarankan agar terus bergaul dengan orang-orang baik.

Baca Juga

"Terus bergaul dengan orang-orang yang baik agar terus mendapatkan motivasi (untuk tobat dan kembali ke kodratnya)," kata Gus Fahrur kepada Republika, Kamis (25/7/2024)

Gus Fahrur mengingatkan lagi, tidak diperbolehkan untuk laki-laki memakai pakaian perempuan. Jika mereka benar-benar ingin bertobat, jangan dikucilkan tapi dituntun dan dibina ke jalan yang benar. "Mereka (waria yang ingin berobat kembali ke kodratnya) jangan dikucilkan dan dimusuhi, ayo dituntun dan dibina ke jalan yang benar dengan cara yang baik," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, Wanda Hara yang bernama asli Irwansyah, seorang fashion stylist menghebohkan dunia maya karena mengenakan jilbab dan cadar saat menghadiri pengajian Ustadz Hanan Attaki. 

Hal yang dilakukan Wanda Hara menuai perdebatan, sehingga ada pihak yang menganggap itu sebagai penistaan agama. Akhirnya Wanda Hara dilaporkan ke Polri sebagai perkara hukum. 

Permintaan maaf Wanda Hara..

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement