Jumat 26 Jul 2024 05:24 WIB

Sambut Olimpiade Paris, Warga Gaza Lupakan Kepedihan dengan Gelar "Turnamen" Sepak Bola

Pertandingan berlangsung di halaman sekolah yang jadi tempat penampungan.

Suasana pertandingan sepak bola di kamp pengungsi di Jabalia, Gaza.
Foto: tangkapan layar Reuters
Suasana pertandingan sepak bola di kamp pengungsi di Jabalia, Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Terinspirasi oleh Olimpiade yang sedang berlangsung di Paris, sejumlah pemuda Palestina bermain sepak bola di antara mereka di sebuah sekolah yang menaungi para pengungsi di Jalur Gaza yang sedang dilanda agresi militer Israel. Sebuah pengalihan yang jarang terjadi di tengah-tengah pemboman Israel yang dahsyat.

Dengan perhatian dunia tertuju pada pesta olahraga di Prancis, tidak ada kejayaan atau hadiah bagi tim pemenang di daerah kantong kecil di Jabalia, Gaza, yang telah dihancurkan oleh serangan Israel.

Baca Juga

Para pemain mendapatkan trofi usang yang mereka cari di bawah reruntuhan sebagai bukti sebagai pemenang "turnamen" sepak bola ini. Sesuatu yang dapat memberikan mereka sedikit rasa pencapaian di tengah kekacauan perang.

Ini merupakan pengingat yang menyakitkan bahwa Gaza akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih dari agresi zionis.

“Seluruh dunia menyaksikannya (Olimpiade) dan sangat antusias. Dan saya berharap dunia melihat kami, di Jalur Gaza,” kata Abu Seif, salah satu penyelenggara pertandingan sepak bola Gaza yang mempertemukan para pemain berbaju merah dan hitam.

“Tidak ada yang tersisa kecuali (stadion) yang dibom oleh penjajah Israel,” bunyi sebuah spanduk yang dipegang oleh anak-anak yang berdiri di dekatnya.

“Semua stadion kami dihancurkan; semua klub kami dihancurkan. Anda lihat bola yang kami mainkan, bola yang sudah sangat tua di tempat penampungan,” kata Abu Seif.

Olahraga Gaza hancur

Gaza yang miskin selalu harus bersaing dengan fasilitas olahraga yang buruk dan perang telah menghancurkan segalanya, mulai dari ring tinju hingga lapangan sepak bola yang kasar dan berdebu.

Namun semangat para atlet tidak patah meski jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel telah melampaui 39.000 orang, menurut pihak berwenang Gaza.

“Kami berusaha mengadakan kegiatan olahraga di sekolah ini. Kami mencoba untuk mengubah realitas kehidupan yang kami hadapi dan menghibur orang-orang dan anak-anak sebanyak mungkin,” kata Mustafa Abu Hashish, yang ikut serta dalam turnamen tersebut.

Pertandingan ini disaksikan oleh berbagai usia di tempat penampungan tersebut. Anak-anak, tua-muda, perempuan dan lelaki semua larut dalam serungan pertandingan dengan menonton dari semua sisi lapangan.

Dunia telah terfokus pada pertempuran di Gaza sejak Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut perhitungan Israel.

Selain berusaha mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dari pengeboman, warga Palestina juga menghadapi krisis kemanusiaan dengan kekurangan makanan, bahan bakar, air dan obat-obatan yang menyebabkan penderitaan setiap hari.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza tinggal di salah satu tempat terpadat di dunia. Warga Palestina yang telah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain di Gaza dalam ketakutan mengatakan bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi dari serangan udara Israel.

Untuk saat ini, para pemain sepak bola Gaza mungkin teralihkan perhatiannya dari serangan udara, penembakan dan invasi darat. Jeda singkat ini mungkin tidak akan berlangsung lama jika mediator Mesir, AS dan Qatar gagal mengamankan gencatan senjata setelah berbagai upaya.

Pada tanggal 10 Juli, sebuah rudal Israel menghantam sebuah tenda perkemahan di Gaza selatan saat para pengungsi berkumpul di sana untuk menonton pertandingan sepak bola di sebuah sekolah, kata para saksi mata.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement