Jumat 26 Jul 2024 14:10 WIB

Anak-Anak Pun Terjerat Judi Online, Ini Data Angka Fantastis Transaksi yang Diungkap PPATK

"Kami temukan luar biasa banyak transaksi yang terkait dengan anak-anak," kata Ivan.

Red: Andri Saubani
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana.
Foto:

Jumlah kasus kecanduan judi online di Indonesia  pun tercatat terus meningkat pada 2024. Kepala Divisi Psikiatri RSCM Jakarta, Dr Kristiana Siste, mengatakan bahwa jumlah pasien kecanduan judi online yang melakukan perawatan ke klinik adiksi meningkat tajam hingga dua kali lipat dibandingkan tahun 2023.

Dokter Kristiana mencatat, pasien kecanduan judi online yang telah dirawat inap di RSCM jumlahnya hampir mencapai 100 orang. Sementara pasien rawat jalannya, kata dia, bisa menyentuh angka 200 orang.

“Kalau dibandingkan dengan tahun 2023, peningkatan itu terjadi sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan 2023 untuk jumlah pasien yang berobat di RSCM. Artinya, kasus ini meningkat dua kali lipat dan awareness untuk berobat ke layanan juga meningkat,” kata dokter Kristiana dalam diskusi media pada Jumat (26/7/2024).

Kristiana menjelaskan, bahwa pasien kecanduan judi online yang berobat di klinik adiksi RSCM rata-rata berusia 29 tahun dan berasal dari berbagai kalangan ekonomi. Adapun jika merujuk pada penelitian yang dilakukan Kristiana pada 2021, ditemukan bahwa mayoritas orang mengalami kecanduan judi online berusia antara 18-25 tahun.

"Usianya relatif sangat muda. Dan banyak di antara pasien yang awalnya itu hanya iseng saja, tergoda untuk mendapatkan uang secara instan, atau memang sedang kepepet. Namun mereka akhirnya sampai kecanduan dan terlilit dalam masalah finansial akibat judi online," kata Kristiana.

Untuk tatalaksana pengobatan pada pecandu judi online, Kristiana menjelaskan bahwa pasien akan diberikan dua macam pengobatan yaitu psikoterapi dan obat-obatan. Psikoterapi tersebut mencakup terapi kognitif-perilaku yang bertujuan untuk mengubah memperbaiki perilaku impulsif, terapi untuk mengubah pola pikir yang salah, serta keinginan serba instan dalam mendapatkan uang.

Menurut Kristiana, terapi tersebut dilakukan minimal selama 3 bulan. Lalu kemudian akan dievaluasi, dan dilanjutkan enam bulan ke depan. Setelah itu, pasien akan dipantau hingga 12 bulan. Menurut dia, pemantauan itu penting dilakukan masih ada peluang pasien mengalami kekambuhan.

“Bahkan keinginan untuk berjudi pun traffic-nya itu kalau ditelusuri di penelitian itu tidak akan hilang sampai 5 tahun dia lepas berjudi. Sehingga memang angka kekambuhan itu masih ada. Jadi 3 bulan, lanjut evaluasi, 6 bulan terapi lagi, dan 12 bulan ke depan dilakukan pemantauan,” kata dokter Kristiana yang juga menjabat sebagai Psikiater Konsultan Adiksi di RSCM.

Ia menambahkan, bahwa adiksi judi online adalah masalah bersama. Pasalnya, satu orang yang mengalami kecanduan judi online, maka terdapat tujuh orang terdekat yang biasanya ikut terdampak. Dampaknya bukan hanya uang, namun juga kesehatan, sosial, legal dan kultur.

“Jadi memang tatalaksana yang komprehensif untuk pecandu judi online ini harus didukung oleh pemerintah, karena cara ini bisa menjadi salah satu cara efektif untuk mengobati adiksi atau kecanduan dari judi online,” kata Kristiana.

 

photo
Komik Si Calus : Bukan Judi - (Daan Yahya/Republika)

 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement