Senin 29 Jul 2024 23:05 WIB

Pimpinan Mahasiswa Umumkan Akhiri Protes di Bangladesh

Total terdapat 211 orang tewas selama rangkaian aksi protes di Bangladesh.

Tentara Bangladesh berjaga di jalan untuk meredam aksi kerusuhan di Dhaka, Bangladesh,  Senin (22/7/2024).Pada tanggal 22 Juli Bangladesh memberlakukan jam malam. Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan pasukan militer setelah kekerasan terjadi di Dhaka dan wilayah lain menyusul protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota kerja pemerintah.
Foto: EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Tentara Bangladesh berjaga di jalan untuk meredam aksi kerusuhan di Dhaka, Bangladesh, Senin (22/7/2024).Pada tanggal 22 Juli Bangladesh memberlakukan jam malam. Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam nasional dan mengerahkan pasukan militer setelah kekerasan terjadi di Dhaka dan wilayah lain menyusul protes yang dipimpin mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota kerja pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Para pemimpin mahasiswa di Bangladesh, Ahad (28/7/2024), mengumumkan akan mengakhiri gerakan protes mereka untuk reformasi sistem kuota dalam pekerjaan pemerintah. Hal itu diumumkan setelah terjadi kekerasan berhari-hari yang menewaskan lebih dari 200 orang.

Pengumuman tersebut disampaikan dalam sebuah pesan video yang direkam oleh polisi dan dikirimkan ke media pada Ahad malam.

Baca Juga

Enam koordinator Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi Bangladesh, yang saat ini ditahan oleh Cabang Detektif (DB) Kepolisian Metropolitan Dhaka, mengumumkan penarikan gerakan mereka.

Perkembangan tersebut menyusul protes keras selama berminggu-minggu yang dipimpin oleh mahasiswa yang menuntut reformasi sistem kuota, yang mengakibatkan lebih dari 200 kematian dan tanggapan keras dari pemerintahan Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Tujuh koordinator mahasiswa telah ditahan oleh DB dan dilaporkan mengalami penyiksaan. Dalam pesan video tersebut, Naheed Islam, salah satu koordinator, membacakan pernyataan tertulis yang menegaskan bahwa tuntutan utama mereka untuk reformasi logis sistem kuota telah dipenuhi.

Dia mendesak pemerintah untuk membuka kembali lembaga pendidikan dan memastikan lingkungan belajar yang layak, sambil mengumumkan penarikan segera semua kegiatan gerakan.

Menyebut pernyataan dari enam koordinator yang ditahan DB sebagai "pernyataan paksa", koordinator lain yang masih bersembunyi dan melanjutkan gerakan tersebut mengatakan mereka tidak akan gentar menghadapi intimidasi pemerintah.

"Pernyataan yang diambil paksa dari koordinator kami tidak dapat diterima," tulis koordinator utama gerakan lainnya, Abdul Quader, di Facebook-nya.

"Seluruh negeri tahu bahwa itu tidak dapat diterima. Kami akan melanjutkan gerakan kami hingga tuntutan kami dipenuhi," kata Abdul Quader.

Mussadiq Ali Ibne Mohammad, koordinator gerakan lainnya, menulis di akun media sosialnya bahwa "unjuk rasa akan berlanjut pada Senin."

Dalam jumpa pers, Menteri Dalam Negeri Bangladesh Asaduzzaman Khan mengklarifikasi bahwa koordinator Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi yang saat ini ditahan DB belum ditangkap. Dia meyakinkan mereka bahwa mereka akan dibebaskan jika polisi memutuskan bahwa mereka tidak lagi menjadi ancaman.

Tepat sebelum pesan video dari enam koordinator tersebut, Harun Or Rashid, komisaris tambahan Kepolisian Metropolitan Dhaka, mengunggah pernyataan di Facebook, yang menjelaskan: "Para koordinator Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi merasa tidak aman."

"Untuk mengatasi hal ini, kami membawa mereka ke kantor DB untuk memahami kekhawatiran mereka. Setelah membahas masalah mereka dan menjelaskan rencana kami untuk memastikan keselamatan mahasiswa, ketakutan mereka pun berkurang," jelasnya.

Unggahan tersebut juga menampilkan lima foto Harun Or Rashid, kepala DB, yang sedang makan malam bersama enam koordinator yang ditahan.

Mahasiswa melancarkan protes pada awal Juli, menuntut reformasi sistem kuota negara untuk pekerjaan pemerintah. Total ada 211 korban tewas dalam peristiwa tersebut.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement