REPUBLIKA.CO.ID,TEHRAN -- Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada Senin (29/7/2024) memperingatkan Israel agar tidak menyerang Lebanon karena ketegangan meningkat atas serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel. Israel menuduh Hizbullah yang didukung Iran sebagai pelaku serangan tersebut.
"Rezim Zionis (Israel) akan membuat kesalahan besar dengan konsekuensi berat jika menyerang Lebanon," kata Pezeshkian saat menelepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, menurut situs web presiden Iran, dikutip dari laman Arab News, Selasa (30/7/2024).
Presiden Iran memangku tanggung jawab resmi pada Ahad (28/7) setelah mendapat dukungan resmi dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamanei dan akan dilantik di parlemen pada Selasa (30/7).
Israel berjanji untuk membalas setelah serangan di lapangan sepak bola di Majdal Shams, sebuah kota Arab Druze di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel. Serangan yang menimpa Israel itu menewaskan 12 pemuda pada Sabtu (27/7).
Israel menuduh gerakan Hizbullah Lebanon bertanggung jawab atas serangan itu. Namun tuduhan Israel dibantah oleh kelompok Hizbullah.
Hizbullah telah saling serang dengan Israel hampir setiap hari untuk mendukung Hamas sejak serangan kelompok pejuang Palestina tersebut pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang memicu perang di Jalur Gaza.
Presiden Iran dalam panggilan teleponnya dengan Macron, menuduh Israel melanggar semua kerangka kerja dan hukum internasional dalam kejahatannya terhadap warga Palestina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran, Nasser Kanani pada Ahad memperingatkan Israel bahwa setiap petualangan militer baru di Lebanon dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga dan memperluas cakupan ketidakstabilan, ketidakamanan, dan perang di kawasan tersebut.
Kanani menuduh Israel menyalahkan Hizbullah untuk mengalihkan opini publik dan perhatian dunia dari kejahatan besarnya di Jalur Gaza, tempat perang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023.
Kanani menambahkan bahwa Israel tidak memiliki kewenangan moral sedikit pun untuk mengomentari kematian di Majdal Shams, di Dataran Tinggi Golan, yang direbut Israel dari Suriah pada tahun 1967 dan kemudian dianeksasi dalam sebuah tindakan yang tidak diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Iran tidak mengakui Israel dan telah menjadikan dukungan untuk perjuangan Palestina sebagai inti dari kebijakan luar negerinya sejak revolusi Islam 1979.
Republik Islam Iran tersebut memuji serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang Gaza tetapi membantah terlibat.