REPUBLIKA.CO.ID, Dalam Alquran surah al-Kahfi ayat 96 disebutkan, Raja Dzulkarnain telah membangunkan sebuah dinding yang tinggi untuk membendung kaum perusak Yakjuj dan Makjuj. Banyak pakar sejarawan Muslim mengkaji di manakah sebenarnya bangunan itu? Patut kiranya umat Islam untuk mengetahui keberadaan bangsa Yakjuj dan Makjuj. Mengingat jika tembok ini runtuh, kedua bangsa perusak tersebut akan mengancurkan umat manusia di seluruh dunia.
Beberapa ekspedisi telah diluncurkan untuk menelusuri keberadaan tembok Zulkarnain ini. Di antara temuan yang dirasa paling kuat, lokasi tembok Dzulkarnain diklaim berada di kawasan utara Georgia dan sebelah selatan Rusia. Tepatnya, berada di Pegunungan Kaukasus yang ada di bagian tengah Greater Caucasus Mountains. Para ilmuwan mendefinisikan, persisnya posisi tembok Zulkarnain ini berada di kaki Gunung Kazbek.
Kawasan itu dikenali sebagai Lorong Dariel atau Daryal (Dariel Pass) yang ketinggiannya mencapai 3,950 kaki atau 1.204 meter dari permukaan laut. Kedudukannya ini dekat dengan Sungai Terek. Untuk menuju ke lorong tersebut, ada satu jalan yang mengarah ke sana. Lorong ini dibuat oleh tentara Georgia dan dipugar kembali oleh Rusia tahun 1850-an.
Sejak dahulu, Lorong Dariel dikenal untuk tujuan menjelajah. Lorong ini juga dikenal dengan sebutan Gerbang Alan atau Gerbang Caucasia. Ada juga yang menyebutnya dengan Gerbang Iberia.
Menurut sejarawan Muslim Abul Kalam Azad, ada satu timbunan besar berupa tembok yang dibuat dari besi bercampur tembaga di Bukit Qawqaz atau Pegunungan Kaukasus. Bendungan berupa dinding ini ada di kawasan yang cukup sempit antara dua bukit Darial (Dariel).
Keadaan bukit itu curam dan membentang memanjang dari Laut Hitam hingga Laut Qazwain. Dinding yang menghubungkan dua bukit tersebut juga menghubungkan antara dua laut. Panjangnya 1.200 kilometer. Bukit Darial secara umum masih tidak terusik oleh tangan manusia. Abul Kalam menyebutkan, kondisinya masih teguh serta mempunyai bentuk berlapis-lapis.
Menurut Abul Kalam, model pembangunan dinding ini mirip seperti dengan apa yang dikisahkan Alquran. Dalam surah al-Kahfi ayat 96 diceritakan, “Berilah aku potongan-potongan besi. Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, si Dzulkarnain berkata, ‘Tiuplah (api itu)! Ketika (besi) itu sudah menjadi seperti api’. Dia berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu)’.”