Jumat 09 Aug 2024 07:53 WIB

Dua Keping Emas Olimpiade dan Adab Saat Meraih Kemenangan

Maka ketika menang, adabnya boleh bersuka cita, tapi tidak boleh berlebihan.

Lifter Indonesia Rizki Juniansyah saat upacara pengalungan medali kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024). Rizki meraih medali emas setelah berhasil meraih total angkatan 354 kilogram sehingga menduduki peringkat pertama dari 12 lifter yang turut serta dalam nomor tersebut.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Lifter Indonesia Rizki Juniansyah saat upacara pengalungan medali kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024). Rizki meraih medali emas setelah berhasil meraih total angkatan 354 kilogram sehingga menduduki peringkat pertama dari 12 lifter yang turut serta dalam nomor tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dua orang atlet Indonesia menorehkan catatan manis di  perhelatan Olimpiade Paris 2024. Mereka, yakni Veddriq Leonardo (panjat tebing) dan Rizky Juniansyah (angkat berat) berhasil meraih medali emas. Capaian tersebut tentunya disambut hangat oleh para pecinta olahraga di Tanah Air.

Namun, euforia kemenangan tersebut tetap harus memperhatikan rambu-rambu dan etika. Sportivitas dalam olahraga berkaitan erat dengan perilaku, bahwa di dalam Islam perilaku juga sangat berhubungan dengan akhlak. Maka demikian, adab ketika meraih kemenangan dalam olahraga pun perlu diperhatikan bagi seorang Muslim.

Baca Juga

Akhlak secara jamak dalam bahasa Arab berasal dari kata khulqun yang berarti budi pekerti.  Di sisi lain, akhlak dimulai dengan keimanan, dilanjutkan dengan menjalankan ibadah, barulah kemudian menghasilkan akhlak. Sehingga, ketika publik melihat sikap dan perilaku para atlet Indonesia yang  menorehkan prestasi, maka umat Islam dapat mengaitkan itu dengan sikap di lapangan, akhlaknya. 

Adapun sportivitas dalam Islam sendiri kerap dicontohkan oleh Rasulullah. Di mana dalam spektrum olahraga, Islam memaknainya dengan dua hal. Yakni olahraga sebagai hiburan yang sesuai dengan aturan dan tidak merusak, dan kedua bahwa olahraga dimaknai sebagai suatu upaya menggerakkan fisik agar sehat. 

Umat Islam dalam hal ini perlu meniru setiap teladan Rasulullah SAW, sebab akhlak beliau lah yang paling mulia. Mengenai akhlak, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 yang artinya, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah,". 

Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, sportivitas merupakan kata sifat yang berarti jujur dan kesatria atau gagah. Adapun sportivitas dalam olahraga mempunyai arti bahwa orang yang melakukan olahraga tersebut harus memiliki kejujuran dan sikap ksatria dalam bertindak dan berperilaku saat berolahraga. 

"Orang dengan sportivitasnya saat melakukan pertandingan, maka sesungguhnya ia sedang bersikap ksatria dan berlaku jujur," kata Gus Fahrur saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

Dia menjabarkan, sportivitas merupakan sikap disiplin, mengikuti ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama, terutama saat mengikuti suatu pertandingan atau perlombaan olahraga. Menurutnya, sportivitas masuk ke dalam wilayah umum moralitas dalam konteks olahraga. 

"Maka ketika menang, adabnya boleh bersuka cita, tapi tidak boleh berlebihan," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement