REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemilik X, Elon Musk membagikan sebuah artikel palsu yang mengklaim bahwa Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sedang mempertimbangkan untuk mengirim para perusuh sayap kanan ke "kamp penahanan darurat" di Falklands.
Musk menghapus unggahannya setelah sekitar 30 menit tayang. Meski demikian, tangkapan layar yang diambil oleh Politics.co.uk menunjukkan bahwa unggahan tersebut telah dilihat hampir dua juta kali sebelum dihapus, lapor Guardian.
Di dalamnya, Musk membagikan gambar yang diposting oleh salah satu pemimpin kelompok sayap kanan Britain First, Ashlea Simon, yang diberi judul, "kita semua dideportasi ke Kepulauan Falkland".
Berita palsu tersebut, yang dikatakan ditulis oleh seorang reporter berita senior untuk Telegraph dan dibuat dengan gaya surat kabar tersebut, mengatakan bahwa kamp-kamp di Falklands akan digunakan untuk menahan para tahanan dari kerusuhan yang sedang berlangsung karena sistem penjara di Inggris telah melebihi kapasitas.
Chef’s kiss 🤌 @CommunityNotes pic.twitter.com/ewRMYja5mC
— Elon Musk (@elonmusk) August 8, 2024
The Telegraph mengatakan pada Kamis, mereka tidak pernah menerbitkan artikel yang dimaksud. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Telegraph Media Group mengatakan: "Ini adalah judul yang dibuat-buat untuk sebuah artikel yang tidak ada. Kami telah memberi tahu platform yang relevan dan meminta agar postingan tersebut diturunkan."
Dalam sebuah postingan di X, surat kabar tersebut mengatakan bahwa mereka menyadari adanya gambar yang beredar di X yang diklaim sebagai artikel Telegraph tentang kamp penahanan darurat." Tidak ada artikel seperti itu yang pernah diterbitkan oleh Telegraph."
Musk tidak meminta maaf karena membagikan laporan palsu tersebut, tetapi terus membagikan materi yang mengkritik tanggapan pemerintah Inggris dan otoritas penegak hukum terhadap kerusuhan itu.
The Guardian berupaya menghubungi X untuk memberikan komentar, namun hanya mendapatkan jawaban otomatis yang berbunyi: "Sibuk sekarang, silakan periksa kembali nanti."
Pada Kamis, Musk membagikan wawancara Sky News di mana Stephen Parkinson, direktur penuntutan umum di Inggris dan Wales, mengatakan bahwa petugas polisi sedang menjelajahi media sosial untuk mencari materi yang menghasut kebencian rasial. "Ini benar-benar terjadi," kata Musk.