REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok pejuang Hamas mengatakan, pengakuan Kepala Otoritas Pertahanan Israel Yoav Gallant mempertegas Perdana Menteri Israel Netanyahu berbohong kepada dunia dan keluarga para tahanan Israel di Gaza. Dia mengatakan Netanyahu menciptakan hambatan untuk mencapai gencatan senjata.
Pengakuan Gallant, kata anggota biro politik Hamas Izzat al-Rishq dalam sebuah pernyataan pada Senin, menegaskan kebohongan dan sikap tidak mau berkompromi Netanyahu. Ia menambahkan Netanyahu tidak ingin mencapai kesepakatan dan yang ia pedulikan hanyalah kelanjutan dan perluasan perang.
Al-Rishq mencatat bahwa fleksibilitas Hamas dan respons positif terhadap usulan gencatan senjata, termasuk seruan Presiden AS Joe Biden untuk gencatan senjata Mei lalu, berbenturan dengan ketidakmauan Netanyahu untuk berkompromi dan penghindarannya terhadap kewajiban untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.
Ia pun mendesak masyarakat internasional memberikan tekanan kepada Netanyahu dan pemerintahannya untuk menghentikan agresi dan perang genosida serta mencapai kesepakatan pertukaran.
Sebelumnya pada Senin, Netanyahu dan Gallant saling melontar kecaman mengenai perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Gallant menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan pertukaran tahanan dengan Palestina.
Pekan lalu, mediator Mesir, Qatar, dan AS mendesak Israel dan Hamas untuk menyelesaikan perincian gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera tanpa penundaan atau alasan lebih lanjut.
Israel mengatakan akan mengirim delegasi ke perundingan tersebut. Sedangkan Hamas menuntut agar mediator menyampaikan rencana untuk melaksanakan usulan gencatan senjata yang didukung oleh Biden dan telah disetujui pada 2 Juli.
Perundingan tidak langsung yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir gagal menyepakati kesepakatan gencatan senjata permanen karena penolakan Netanyahu terhadap seruan Hamas untuk mengakhiri perang dan mengizinkan kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.