Selasa 13 Aug 2024 16:33 WIB

Sri Mulyani: Manufaktur Indonesia Jadi Korban Melemahnya Ekonomi Global

Pelemahan kinerja manufaktur juga terjadi pada negara-negara adidaya.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
pelemahan kinerja manufaktur juga terjadi pada negara-negara adidaya.
Foto: Dok Republika
pelemahan kinerja manufaktur juga terjadi pada negara-negara adidaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi global tengah mengalami kondisi pelemahan yang dalam. Sektor manufaktur Indonesia menjadi salah satu ‘korban’ akibat pelemahan tersebut.

Diketahui, data Indeks Manajer Pembelian/ Purchasing Manager’s Index (PMI) yang dirilis S & P Global menunjukkan posisi Indonesia berada di level 49,3 pada Juli 2024. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir.

Baca Juga

“Aktivitas manufaktur global sudah menjadi korban pertama (melemahnya ekonomi global) yang mengalami kontraksi pada Juli 49,7, Indonesia juga mengikuti di 49,3,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (13/8/2024).

Masih mengutip data yang sama, Sri Mulyani menyebut pelemahan kinerja manufaktur juga terjadi pada negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat di level 49,6 dan China di level 49,8.

“Ini menggambarkan lingkungan global tidak stabil, bahkan hostile to each other. Ini menyebabkan ekonomi relatif berhenti atau stagnan,” terangnya.

Sri Mulyani menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan ekonomi global mengalami tekanan. Diantaranya yang paling kentara adalah kondisi ekonomi AS yang dikabarkan terancam resesi. Hal itu karena para pelaku pasar keuangan memperkirakan AS bakal mengalami hard landing usai mengalami inflasi yang tinggi.

“Inilah yang terjadi pada minggu lalu yang menunjukkan volatilitas besar dari sisi ekonomi AS dan pengaruhnya ke seluruh dunia,” ujar dia.

Sri Mulyani melanjutkan, kondisi perekonomian di Eropa masih terpantau rentan karena sentimen geopolitik serta perang antara Ukraina dan Rusia. Kemudian, perekonomian China mengalami pertumbuhan yang melambat pada kuartal II 2024 di angka 4,7 persen, diantaranya karena masalah pinjaman dalam negeri yang besar.

Menurut analisis Sri Mulyani, dari sisi politik, masalah perang antara Ukraina-Rusia serta perang Timur Tengah yang masih bergejolak usai terbunuhnya Ismail Haniyeh menjadi sentimen yang menggoncangkan kondisi perekonomian global.

“Ini menunjukkan 2024, baik dari sisi ekonomi, militer, maupun politik semuanya dalam arah dinamika yang tensinya meningkat tinggi, dan pasti pengaruhi ekonomi global. Makanya ekonomi global diperkirakan masih akan melemah,” terangnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement