Jumat 23 Aug 2024 16:20 WIB

Kasus Batuk Rejan Masih Tinggi, Mayoritas Diderita Anak-Anak

Batuk rejan memiliki gejala yang sangat khas seperti batuk paroksismal.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak mengalami batuk rejan atau pertusis (ilustrasi). Kasus pertusis atau batuk rejan di Indonesia dinilai masih perlu mendapatkan perhatian serius.
Foto: Freepik
Anak mengalami batuk rejan atau pertusis (ilustrasi). Kasus pertusis atau batuk rejan di Indonesia dinilai masih perlu mendapatkan perhatian serius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pertusis atau batuk rejan di Indonesia dinilai masih perlu mendapatkan perhatian serius. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, pada 2023 terdapat 2163 kasus suspek pertusis yang tersebar di 199 kabupaten/kota di 30 Provinsi. Sementara itu, pada 2024 terdapat 1.017 kasus suspek pertusis di 147 kabupaten/kota.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI, dr Anggraini Alam SpAK, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya kasus jumlah kasus pertusis ini. Meskipun angka kasus tahun 2024 lebih rendah dari 2023, namun yang memprihatinkan menurut dr Anggraini adalah hampir 72 persen dari kasus tersebut terjadi pada anak-anak yang tidak diimunisasi pertusis.

Baca Juga

“Jadi yang paling membuat saya sedih ini, bayangkan dari kasus pertusis tadi, hampir 72 persen tidak diimunisasi, 10 persen yang imunisasi pertussis 1-2 dosis, dan 13 persen imunisasi pertusis 3 kali dosis,” kata dr Anggraini dalam diskusi media secara daring pada Jumat (23/8/2024).

Ia pun mendorong masyarakat dan pihak terkait untuk mendorong cakupan vaksinasi pertusis di Indonesia. Menurut dia, vaksin pertusis bisa diakses secara gratis di layanan kesehatan pemerintah.