REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Umat manusia yang hidup di muka bumi ini memiliki ragam warna kulit. Ada kulit hitam, kulit putih, sawo matang, kuning, dan bahkan ada yang albino.
Kitab suci Alquran menyampaikan ihwal keragaman umat manusia yang berbeda dari berbagai aspek. Seperti warna kulit. Apa yang membuat umat manusia memiliki perbedaan warna kulit dari sisi sains?
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦ خَلْقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَٰنِكُمْ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّلْعَٰلِمِينَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar Rum ayat 22)
Ayat itu menyebutkan "Berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu". Dr Nadiah Thayyarah melalui "Sains dalam Al-Qur'an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah", menjelaskan, para ilmuwan mengatakan, di dalam kulit, tepatnya di bawah epidermis, ada sel-sel kulit yang bernama sel-sel araknoid yang menyerupai sarang laba-laba.
Pada sisi-sisinya membentang selaput-selaput tipis. Jumlah sel-sel ini di setiap inchi memiliki 60 ribu sel. Tak ada perbedaan dalam jumlah sel antara yang berkulit putih dan yang berkulit gelap. Sebab, jumlah sel-sel dalam tubuh manusia berkulit putih dan gelap bersifat konstan.
Perbedaan warna di antara kulit itu timbul akibat ketebalan bahan-bahan pewarnanya. Bahan pewarna inilah yang disebut dengan melanin. Antara manusia yang berkulit cerah dan berkulit gelap terdapat perbedaan bahan pewarna yang kadarnya tak lebih dari 1 gram.
Namun, sel-sel ini akan berkurang hingga 10-20 persen di setiap 10 tahun. Karena itu, semakin tua usia seseorang, biasanya kulitnya semakin lebih cerah dan lebih putih.
Selain itu, fenomena sedimentasi bahan pewarna ini ada pada sel-sel araknoid yang berada di bawah epidermis kulit, yang jumlahnya di setiap inch persegi lebih dari 60.000 sel. Kadar bahan pewarna ini ditentukan oleh faktor genetis pada inti sel.
Dr Nadiah juga memaparkan soal perbedaan warna kulit antara orang-orang yang di daerah garis khatulistiwa dan yang tidak. "Apa penafsiran dari fenomena 'warna gelap' pada beberapa bangsa yang hidup di Garis Khatulistiwa, sedangkan bangsa yang hidup di kutub utara dan selatan bumi warna kulitnya lebih cerah? Di sinilah terletak hikmah ilahiah," paparnya.
Dia menjelaskan, bahan-bahan warna gelap, salah satu cirinya adalah ia akan menyerap cahaya ultraviolet yang berbahaya. Karena cahaya matahari di Garis Khatulistiwa, yang bisa dibilang vertikal, maka bangsa-bangsa di daerah ini memiliki warna yang pekat. "Perbedaan warna kulit manusia merupakan tanda yang menunjukkan keagungan dan kebesaran Allah," tuturnya.