Ahad 08 Sep 2024 09:12 WIB

Biografi KH Ahmad Azhar Basyir, Ketum Muhammadiyah Pelopor Tajdid Organisasi

KH Ahmad Azhar Basyir memimpin Muhammadiyah pada periode 1990-1995.

KH Ahmad Azhar Basyir
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia, Muhammadiyah telah menghasilkan banyak kader yang berkiprah di level nasional dan internasional. Di antara mereka adalah KH Ahmad Azhar Basyir.

Pria yang lahir di Yogyakarta, 21 November 1928, itu dikenal sebagai ulama yang ahli fiqih dan filsafat Islam. Dalam konteks organisasi, dia pernah memimpin PP Muhammadiyah periode 1990-1995.

Baca Juga

Ahmad Azhar tumbuh di lingkungan yang lekat dengan sejarah Muhammadiyah, yakni Kampung Kauman Yogyakarta. Putra pasangan KH M Basyir dan Siti Djilalah itu memulai pendidikan formal di Sekolah Rendah Muhammadiyah Suronatan (DI Yogyakarta).

Setamat belajar di sana, dia melanjutkan sebagai santri pada Pondok Pesantren Salafiyah Tremas Pacitan (Jawa Timur). Selang satu tahun kemudian, pemuda tersebut hijrah ke kampung halamannya, tepatnya pada Madrasah al-Fallah Kauman (DI Yogyakarta).

Setelah itu, pada 1944 pendidikannya berlanjut di Tabligh School (Madrasah Mubalighin III) Muhammadiyah (DI Yogyakarta) selama dua tahun.

Seperti umumnya generasi muda pada zaman 1945, Ahmad Azhar ikut dalam gelombang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Yogyakarta, dia turut serta dalam kesatuan TNI Hizbullah Bataliyon 36.

Pernah berkuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dirinya meneruskan pendidikan ke Fakultas Dar al-‘Ulum, Universitas Kairo (Mesir). Dia berhasil menyelesaikan studi Islamic Studies dengan meraih gelar master. Tesis yang diajukannya berjudul Nizam al-Miras fi Indunisia, Bain al-‘Urf wa asy-Syari’ah al-Islamiyyah (Sistem Warisan di Indonesia: Antara Hukum Adat dan Hukum Islam).

Lulus dari Universitas Kairo, Ahmad Azhar bekerja sebagai dosen pada Universitas Gadjah Mada (UGM) dan IAIN (kini UIN) Sunan Kalijaga. Dalam pada itu, dia masih aktif di lingkungan organisasi PP Muhammadiyah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement