Senin 09 Sep 2024 08:10 WIB

Kisah Pemuda Batal Mencuri, Jadi Suami Janda Kaya

Dalam keadaan lapar, pemuda ini menikah dengan janda yang telah mendatangi gurunya.

ILUSTRASI Menikah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu, Kota Damaskus di Suriah memiliki seorang alim yang menjadi panutan masyarakat. Namanya adalah Syekh Salim al-Masuthi.

Sang ulama tinggal di sebuah rumah kecil yang bersisian dengan Masjid Jami' at-Taubah, yang juga menjadi tempatnya mengajar. Majelis ilmunya diikuti banyak jamaah dari dalam maupun luar Kota Damaskus.

Baca Juga

Pada suatu ketika, seorang pemuda mendatangi masjid ini. Bukan hanya untuk mengaji, ia juga ingin menjadi pembantu Syekh Salim.

"Wahai pemuda," kata sang syekh yang menemui lelaki muda tersebut usai majelis bubar, "engkau boleh tinggal bersamaku. Namun, ketahuilah satu hal."

"Baik, ya Syekh."

"Kami di sini hanya memakan apa-apa yang Allah karuniakan," jelasnya singkat.

Akhirnya, si pemuda tinggal bersama keluarga Syekh Salim. Tiap malam, ia tidur di pelataran masjid. Tiap hari sejak menjelang subuh, ia sudah menyiapkan segala hal untuk pelaksanaan shalat berjamaah dan majelis yang akan dipimpin ulama tersebut.

Tiga bulan lamanya pemuda itu bersama Syekh Salim. Akhirnya ia menyadari makna kalimat yang pernah disampaikan sang mubaligh di awal-awal perjumpaan.

Syekh Salim dan keluarganya hidup penuh kezuhudan. Bila ada rezeki, mereka bisa makan rutin dua atau tiga kali dalam sehari. Bila sedang kekurangan makanan, mereka berpuasa. Pemuda itu pun mengikuti irama kehidupan sang tuan rumah.

Bagaimanapun, kali ini agak berbeda. Sudah tiga hari berturut-turut syekh berpuasa. Mungkin karena sudah kebiasaan, tubuh syekh tersebut tidak terlalu kelaparan. Namun, pemuda tadi tidak kuat. Dia sangat lapar.

Sampai tengah malam itu, pemuda tersebut tidak bisa tidur. Perutnya sungguh-sungguh didera kelaparan.

Tebersitlah keinginan untuk mencuri makanan di rumah warga sekitar masjid. Ini sesungguhnya mudah dilakukan. Sebab, umumnya tembok rumah-rumah penduduk Damaskus berimpitan sehingga dapat dipanjat.

Si pemuda memulai aksinya. Dalam kegelapan malam, ia memanjat dinding dan bergerak ke atap rumah warga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement