REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat, termasuk Bekasi dan sejumlah daerah lainnya telah mengeluarkan srat edaran waspada serta siap siaga terhadap gempa Megathrust. Surat edaran ini dikeluarkan setelah peringatan BMKG tentang beberapa wilayah yang masuk ke dalam zona Megathrust.
Tidak hanya Jawa Barat, Provinsi Jakarta juga telah mensosialisasikan ancaman Megathrust yang bisa mengancam sewaktu-waktu.
Forum Pengurangan Risiko Bencana DKI Jakarta menyampaikan 10 tips untuk masyarakat terkait kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi megathrust.
"Dengan memahami potensi risiko dan mempersiapkan diri dengan baik, kita dapat mengurangi risiko dari gempa bumi dan meningkatkan keselamatan masyarakat di Jakarta dan sekitarnya," kata Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DKI Jakarta Achmad Lukman dalam dialog "Kesiapsiagaan Provinsi DKI Jakarta Terhadap Ancaman Gempa Bumi Megathrust" di Gedung BPBD DKI Jakarta, Selasa.
Menurut Lukman FPRB terus mengingatkan ke masyarakat Jakarta beberapa tips atau sikap dalam kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa megathrust.
Pertama, masyarakat diharapkan tidak panik dan tetap tenang terhadap informasi yang sifatnya prediksi terhadap kemungkinan adanya potensi gempa megathrust yang beredar di berbagai media. Masyarakat juga diminta tetap menjalankan aktivitas dan kegiatan sehari-hari dengan baik, namun disertai waspada dan siaga.
Kedua, diingatkan kepada masyarakat untuk dapat memahami risiko gempa di Jakarta, meskipun Jakarta diprediksi tidak berada di zona sebagai pusat atau episentrum gempa megathrust yang paling aktif. "Namun tetap merupakan wilayah berdampak yang juga memiliki risiko gempa dari aktivitas tektonik di sekitar wilayah Banten dan Jawa Barat dan sekitarnya," ujar Lukman.
Masyarakat harus tetap mengenali sejarah gempa di Jakarta dan sekitarnya untuk memahami potensi risiko dengan merujuk pada pengumuman, imbauan dan hasil kajian dari lembaga yang berwenang.
Ketiga, pastikan bangunan tempat tinggal atau tempat kerja memiliki standar konstruksi yang memadai dan sesuai dengan peraturan bangunan tahan gempa. Masyarakat perlu mengetahui apakah bangunan tersebut ada perbaikan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa.
Keempat, rencanakan dan latihan evakuasi lingkungan. Masyarakat perlu menentukan rute evakuasi di lingkungan masing-masing, mulai dari rumah atau tempat kerja ke lokasi aman yang disepakati bersama.
Pastikan rute tersebut tidak terhalang oleh bangunan tinggi atau objek lain, termasuk penyempitan akses yang dapat menimbulkan bahaya saat gempa menjadi berlipat ganda. Lalu, lakukan latihan evakuasi secara berkala bersama keluarga atau rekan kerja di lingkungan masing-masing.
Kelima, mempersiapkan tas siaga yang berisi air, makanan, obat-obatan, lampu senter, baterai cadangan, radio, dokumen penting dan berbagai perlengkapan dasar lainnya. Simpan tas siaga ini di tempat dengan prinsip 3M, yakni mudah diakses, mudah diketahui semua anggota keluarga letaknya dan mudah dijangkau pada saat melakukan evakuasi diri dan keluarga.