Sabtu 21 Sep 2024 09:37 WIB

Perpustakaan Bait al-Hikmah, Simbol Peradaban Islam

Perpustakaan ini menjadi pusat intelektual paling maju dan berkembang pada masanya.

Red: Hasanul Rizqa
Aktivitas intelektual di Bait al-Hikmah, Baghdad, era Abbasiyah.
Foto: dok wiki
Aktivitas intelektual di Bait al-Hikmah, Baghdad, era Abbasiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baghdad, sejak dirintis pada paruh kedua abad kedelapan Masehi, menampilkan wajah Dinasti Abbasiyah sebagai pusat peradaban dunia. Sejarah menyaksikan, kerajaan Islam tersebut berhasil mengangkat Baghdad sebagai kota kosmopolitan paling maju pada masanya.

Di sana, keberagaman budaya dirayakan di bawah kedaulatan islami. Penduduknya terdiri atas orang-orang Aramaik, Persia, Arab, serta pelbagai umat beragama, baik Muslim maupun non-Muslim. Semuanya hidup berdampingan secara aman dan damai.

Baca Juga

Sultan Harun al-Rasyid (wafat 809) merintis perpustakaan besar yang dinamakannya Bait al-Hikmah (‘Rumah Kebijaksanaan’). Sesudah mangkatnya, lembaga ini semakin cemerlang di bawah kendali anaknya, Sultan al-Ma’mun. Bait al-Hikmah terus berkembang menjadi pusat koleksi pelbagai pustaka dari penjuru dunia, serta penerjemahan teks-teks pengetahuan ke dalam bahasa Arab.

Sultan Harun al-Rasyid dan penerusnya, Sultan al-Ma’mun, sangat mencintai ilmu pengetahuan. Mereka mengumpulkan begitu banyak naskah berbahasa Yunani, Cina, Sanskerta, Persia, dan lain-lain untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada awalnya, naskah-naskah yang dialihbahasakan sebatas bertema kedokteran, matematika, dan astronomi. Akan tetapi, belakangan pelbagai bidang keilmuan lainnya turut diseriusi.