Kamis 26 Sep 2024 21:25 WIB

Core Tax Bakal Dirilis Desember 2024, Kemenkeu Optimistis Bisa Kerek Penerimaan Pajak 

Kemenkeu optimistis mampu mengerek penerimaan pajak negara lebih tinggi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Kementerian Keuangan memastikan akan segera merilis core tax administration system (ilustrasi)
Foto: Yahoo
Kementerian Keuangan memastikan akan segera merilis core tax administration system (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Kementerian Keuangan memastikan akan segera merilis core tax administration system atau pembaruan sistem inti administrasi perpajakan (PSIAP) pada pengujung 2024. Dengan diluncurkannya sistem berbasis data tersebut, Kemenkeu optimistis mampu mengerek penerimaan pajak negara lebih tinggi. 

“Peluncuran core tax kalau dari pertemuan Bu SMI (Menkeu Sri Mulyani) dengan Pak Presiden, sekitar Desember 2024 launching,” kata Kepala Subdirektorat Pengelolaan Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu Muchamad Arifin dalam acara Media Gathering APBN 2025 di Serang, Banten, Kamis (26/9/2024). 

Baca Juga

Arifin belum bisa memastikan tanggal persis agenda peluncuran tersebut. Dia berharap peluncuran bisa terealisasi pada akhir tahun ini, sehingga memasuki awal 2025 bisa segera diimplementasikan. 

Dijelaskan bahwa kebijakan core tax merupakan salah satu strategi dalam memperluas basis pajak, sehingga berdampak pada penerimaan negara. Arifin mengakui pihaknya tidak mungkin berharap penerimaan pajak hanya dari eksisting, sehingga perlu langkah ekstensifikasi. 

“Dengan core tax, nanti akan digabungkan beberapa data baik dari internal Kemenkeu maupun eksternal, ada instansi, lembaga, asosiasi, atau pihak lain yang punya data. Nanti dihubungkan dengan NIK, sehingga WP (wajib pajak) masuk ke dalam sistem kita sehingga basis pajak kita jadi meningkat,” terangnya. 

Lebih lanjut, Arifin mengatakan, berdasarkan kajian dari World Bank, kebijakan sistem baru akan mampu meningkatkan rasio pajak 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya, jika mengacu kajian tersebut, dengan target rasio pajak Indonesia pada tahun ini sebesar 10-12 persen dari PDB, setidaknya terjadi lompatan rasio pajak sekitar 11,5-13,5 persen dari PDB melalui implementasi core tax.

Namun, menurut penuturan Arifin, dampak dari sistem anyar itu tidak bisa terjadi secara ujug-ujug. Butuh waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan efek yang signifikan pada tingkat rasio pajak Indonesia. 

“1,5 persen dari PDB itu (bisa terealisasi peningkatannya) sekitar lima tahunan, tapi itu study dari World Bank, jadi belum tentu juga di kita kalau diterapkan itu sama. Semua tergantung kesiapan data. Kalau misanya core tax sudah berjalan, kemudian datanya yang kita harapkan dari instansi dan lembaga semua masuk, saya kira pasti akan menambah tax ratio secara signifikan,” tutur dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement