REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Sudah satu tahun berlalu sejak genosida Israel yang terjadi di jalur Gaza terus memburuk. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengungkap jika lebih dari 41 ribu jiwa menjadi korban sejak zionis meluluhlantakkan kantong yang diblokade tersebut.
Masyarakat Indonesia terus menyuarakan kepeduliannya terhadap apa yang terjadi di Palestina. Dewi Anggraeni, seorang ibu rumah tangga asal Bogor, Jawa Barat, merasa sangat prihatin terhadap penderitaan anak-anak di Gaza. "Kasihan, masa kecil mereka penuh dengan penderitaan. Banyak anak yang kehilangan keluarga, termasuk ibu mereka," ungkap dia saat berbincang dengan Republika, Ahad (6/10/2024).
Dewi menyadari pentingnya boikot produk yang mendukung konflik, meskipun ia mengakui masih terkadang menggunakan produk tersebut. "Saya berusaha mengurangi konsumsi produk boikot, tapi masih ada beberapa yang saya gunakan,"ujar dia.
Ocha Lubianti, seorang mahasiswi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dari Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, menyampaikan kekhawatirannya tentang genosida yang terjadi di Gaza. "Konflik ini sangat meresahkan karena banyak korban sipil yang tidak bersalah, termasuk anak-anak dan perempuan, terjebak dalam kekerasan," ujarnya.
Menurut Ocha, meskipun ada aksi solidaritas dan kampanye kesadaran di Indonesia, upaya ini masih perlu ditingkatkan. "Mahasiswa harus lebih aktif mengadvokasi perdamaian, seperti dengan mengadakan diskusi, seminar, atau kampanye solidaritas. Kita juga bisa berkolaborasi dengan organisasi mahasiswa internasional untuk memberikan tekanan kepada lembaga global agar situasi di Gaza bisa segera diakhiri,"kata dia.
Arqom Ramadhan, seorang driver ojek online mengaku sulit untuk menyaksikan bagaimana perang di Gaza terus berlangsung. "Memang sangat sulit memahami dan melihat bagaimana perang di Gaza terus berlanjut. Empati dari negara kita sudah sangat membantu, tapi kembali lagi ke individu masing-masing," ujarnya.
Arqom juga mengaku masih kadang mengonsumsi produk yang masuk dalam daftar boikot, terutama saat terdesak ketika bekerja. "Kadang dalam perjalanan ngojek saya masih terpaksa membeli produk tersebut,"jelas dia.