Jumat 11 Oct 2024 23:15 WIB

China Kecam Serangan Israel ke Fasilitas Militer Milik PBB di Lebanon

China meminta penyelidikan atas insiden penyerangan Israel terhadap pos UNIFIL.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China mengecam serangan Israel ke fasilitas militer milik Pasukan sementara PBB di Lebanon (United Nations Interim Force In Lebanon atau UNIFIL). Serangan ini melukai sejumlah pasukan perdamaian, termasuk dua prajurit TNI.

"China sangat prihatin dan mengutuk keras serangan pasukan Israel terhadap posisi dan menara pengamatan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), yang melukai personel dari UNIFIL," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, di Beijing, Jumat (11/10/2024).

Baca Juga

Pada Kamis (10/10/2024), UNIFIL mengatakan, markas besarnya di Kota Naqoura, Lebanon selatan, dan dua lokasi di dekatnya telah diserang oleh pasukan Israel. Tank Merkava Israel menembaki menara observasi, menyerang secara langsung, menyebabkan dua penjaga perdamaian terjatuh dan mengakibatkan mereka dirawat di rumah sakit, kata UNIFIL dalam sebuah pernyataan.

"Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan pelanggaran serius terhadap hukum humaniter internasional dan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 1701. Ini sama sekali tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan," tegas Mao Ning.

China, kata Mao Ning, meminta penyelidikan atas insiden tersebut dan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang relevan dan langkah-langkah untuk mencegah insiden itu terjadi lagi.

"Para pihak yang terlibat dalam konflik harus dengan sungguh-sungguh memastikan keselamatan dan keamanan semua personel dan properti PBB, termasuk UNIFIL," tambah Mao Ning.

China pun mendesak pihak-pihak terkait, khususnya Israel, untuk mengambil langkah-langkah segera guna meredakan ketegangan, memastikan keselamatan personel penjaga perdamaian PBB dan mencegah konflik semakin meluas atau bahkan menjadi tidak terkendali. Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon terhadap apa yang mereka klaim sebagai menargetkan Hizbullah sejak 23 September.

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 1.323 orang, melukai lebih dari 3.700 lainnya, dan menyebabkan lebih dari 1,2 juta orang mengungsi.

Serangan udara itu merupakan eskalasi perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah yang berlangsung selama setahun sejak dimulainya konflik di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan lebih dari 42 ribu orang yang sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas pada tahun lalu.

Meskipun terdapat peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional akibat serangan tanpa henti Israel di Gaza dan Lebanon, Israel memperluas konflik dengan melancarkan serangan darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement