Rabu 16 Oct 2024 20:33 WIB

Media Akui Hizbullah Masih Kuat dan Seret Israel ke Perang tak Bertepi

Hizbullah masih mampu mengkonsolidasikan kekuatannya

Roket Hizbullah. Hizbullah masih mampu mengkonsolidasikan kekuatannya
Foto: Ist
Roket Hizbullah. Hizbullah masih mampu mengkonsolidasikan kekuatannya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV-Dalam diskusi di berbagai saluran media Israel, para ahli dan analis militer Israel menyatakan bahwa Hizbullah Lebanon telah berhasil mendapatkan kembali sebagian dari kekuatannya dan berusaha untuk menyeret Israel ke dalam perang gesekan yang panjang.

Dikutip dari Aljazeera, Rabu (16/10/2024) Channel 12 melaporkan bahwa selama dua pekan terakhir, Hizbullah telah secara signifikan mengintensifkan peluncuran roket ke daerah yang lebih jauh, dan mengatakan bahwa masalahnya bukanlah jumlah roket yang ditembakkan dari Lebanon, melainkan jumlah penduduk Israel yang berada di zona peringatan.

Baca Juga

Kobi Merom, seorang pakar keamanan nasional dan front utara, mengakui dalam diskusi panel Channel 12 bahwa telah terjadi evolusi dalam kemampuan Hizbullah untuk menantang pertahanan udara Israel dengan rudal permukaan-ke-permukaan, rudal antipeluru kendali, dan pesawat tak berawak.

Dalam konteks yang sama, mantan kepala Divisi Intelijen Militer Amos Yadlin menegaskan bahwa masih ada kemampuan di Lebanon.

“Tentu saja, Hizbullah adalah organisasi militer dengan tentara yang merupakan salah satu tentara terkuat di perbatasan Israel, dan salah satu tentara terkuat di Timur Tengah,” katanya.

“Hizbullah memiliki lebih banyak roket dan rudal daripada negara Eropa mana pun, termasuk Prancis dan Inggris, dan mereka terpukul sangat keras, tetapi mereka pulih sedikit demi sedikit,” katanya.

“Euforia yang dirasakan oleh banyak orang di Israel mungkin terlalu dini atau terlalu terburu-buru, karena Hizbullah belum sepenuhnya tersingkir dan kemampuannya belum sepenuhnya dihancurkan,” kata Mayor Jenderal Cadangan Eran Lerman, seorang ahli strategi dan keamanan.

Dia memperingatkan bahwa Hizbullah berusaha untuk memaksakan perang gesekan yang panjang, berdarah dan terus menerus untuk mematahkan moral masyarakat Israel.

Mayor Jenderal Cadangan Giora Eiland, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional, berbicara tentang ketiadaan strategi Israel di Libanon, seperti yang terjadi di Gaza, dan berkomentar: “Kami akan bertempur, tetapi untuk berapa lama?”

Dia menggambarkan kebijakan dan perilaku Israel sebagai “sangat agresif dan ofensif, menghina dan memerangi pihak sipil, serta lemah dalam menghadapi pihak militer, dan semua ini harus dilakukan secara terbalik.”

BACA JUGA: Jamuan Makan Malam Terakhir, Perpisahan Mengenaskan Pasukan Elite Golani Israel

Dengan nada yang sama, Tamir Hayman, Kepala Institut Penelitian Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv, menjelaskan, “Israel memberikan pukulan yang parah dan menyakitkan kepada Hizbullah, menyebabkan mereka kehilangan keseimbangan, tetapi hanya untuk sementara.”

“Mereka sedang dalam masa pemulihan, belajar dari pengalaman, berkumpul kembali dan beradaptasi dengan situasi baru,” katanya tentang Hizbullah, tetapi dia mengatakan bahwa dia yakin partai Lebanon itu masih jauh dari pulih sepenuhnya, dan menyerukan agar serangan-serangan diintensifkan bahkan di Beirut.

“Kita tidak boleh mengurangi tekanan sekarang, dan kemudian mengusulkan gencatan senjata, tetapi dengan syarat-syarat kita sendiri,” kata Hyman.

Sementara di tengah-tengah

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement