REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada akhir abad ke-15, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1486, raja Portugis John II menunjuk Bartolomeu Dias sebagai pemimpin ekspedisi Portugis dalam pelayaran menyusuri sepanjang pantai barat Afrika yang bertujuan menemukan rute perjalanan ke Asia. Inilah ekspedisi Portugis pertama yang berani keluar dari Eropa.
Portugis berlayar ke Asia karena didorong oleh semboyan 3G (Gold, Glory and God). Suatu misi mencari kekayaan materi dan popularitas di atas dasar Ketuhanan Yesus. Jadi keluarnya Portugis dari Eropa masih dijiwai oleh semangat Perang Salib yang belum usai. Hal itu bisa dilihat bagaimana tindak orang-orang Portugis di berbagai negeri yang ia singgahi, jika negeri itu sudah dikuasai oleh orang-orang yang beragama Islam.
Dalam kawasan Asia Tenggara, bisa kita lihat bagaimana sepak terjang Portugis di bawah Alfonso Albuqueque yang ketika berhasil menaklukkan Malaka pada tahun 1511 M, sebagai pusat perdagangan dan dakwah Islam di kawasan Asia Tenggara.
Setelah berhasil menguasai Malaka, Portugis melanjutkan pelayarannya ke arah timur untuk mencari dan membeli rempah-rempa. Ternate sebagai pusat penghasil cengkeh, sebagai rempah-rempah yang sangat mahal dan digemari di Eropa telah menyebabkan terjadinya kontak antara Portugis dan Ternate.
Di dalam kontak inilah terjadi pergesekan-pergesekan tajam yang tidak hanya menguras energi, pikiran dan perasaan, tetapi sampai menumpahkan darah dengan cara yang keji. Demikian dikutip dari jurnal berjudul Tafsir Islami atas Perjuangan Sultan Khairun dalam Melawan Portugis di Kawasan Maluku Utara yang ditulis Darmawijaya, Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Khairun, Direktur Lembaga Study Ilmu Peradaban Islam (LSIPI) Ternate.
Sultan Khairun adalah merupakam bukti sejarah yang paling penomenal, bagaimana kebiadan Portugis dalam proses mengembangkan misinya yang bernama 3G itu.
Sultan Khairun Jamil kadang disebut juga Sultan Khairun adalah Sultan atau Raja Ternate ke-23, bertahta selama 1534-1570. Sultan Khairun merupakan ayah dari Sultan Baabullah yang pada akhirnya menjadi raja setelah Sultan Khairun meninggal.
Francisco Serrao adalah utusan Portugis yang pertama kali sampai di Ternate. Ia dijemput oleh utusan Sultan Bayanullah di Banda pada tahun 1512. Setelah mendarat di Ternate, Sultan Bayanullah sendiri yang menjemput Francisco Serrao di pelabuhan.
Setelah tinggal di Ternate, Francisco Serrao berhasil meyakinkan Sultan Bayanullah tentang kejujurannya sebagai pembeli tunggal rempah-rempah dengan harga bersaing dan syarat-syarat yang lunak. Tawaran Francisco Serrao diterima oleh Sultan Bayanullah, bahkan Francisco Serrao dipercaya sebagai penasehat pribadi Sultan Bayanullah.
Atas keberhasilan itu, Francisco Serrao segera mengabarkan kepada Raja Muda Portugis di Goa, India. Perjanjian Sultan Bayanullah dan Francisco Serrao ini menjadi langkah awal dari politik monopoli yang akan dijalankan Portugis di Ternate.
Keakraban Sultan Bayanullah dengan Francisco Serrao telah menuai masalah bagi diri Sultan Bayanullah. Pada tahun 1522, Sultan Bayanullah wafat karena diracuni oleh rakyatnya sendiri yang tidak senang melihat akrabnya Sultan Bayanullah dengan Francisco Serrao.
Lihat halaman berikutnya >>>