REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perusahaan multinasional PT Siam Cement Group (SCG) Indonesia mendukung inovasi generasi muda dalam mengatasi permasalahan lingkungan, khususnya terkait pengelolaan sampah. Dukungan itu diberikan SCG Indonesia kepada dua mahasiswa yang membuat program bernama Wonderlearn.
Kedua pemuda itu adalah Alya Dzikry Hafizzah dari Universitas Negeri Yogyakarta dan Inggrid Wilhelmina dari Universitas Diponegoro. Keduanya merupakan penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream 2023 sekaligus ESG Ambassadors 2024. Alya dan Inggrid menggagas program Wonderlearn untuk memberdayakan masyarakat di Desa Wisata Wirokerten, DI Yogyakarta, sebagai dukungan terhadap target “Bantul Bersih Sampah 2025”.
Alya dan Inggrid pada akhir September lalu juga diberikan penghargaan oleh SCG sebagai ESG Ambassadors 2024, di Bangkok, Thailand. Keduanya bersama pemuda dari Asia Tenggara memaparkan program-program inovatif mereka terkait lingkungan dan sosial.
Wonderlearn gagasan Alya dan Inggrid merupakan program pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan berpendekatan sosial-teknologi yang melibatkan edukasi dan praktik partisipatif untuk masyarakat Desa Wisata Wirokerten.Program itu terdiri atas dua agenda utama.
Pertama, adalah Educode, yaitu sesi edukasi berbasis coding yang membekali anak usia dini dengan pengetahuan tentang lingkungan dan pengelolaan sampah melalui pembuatan game interaktif sebagai metode pembelajaran. Sedangkan agenda kedua bernama Fun Garden, yang merangkul komunitas Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengelola sampah desa menjadi produk baru bernilai tambah, seperti sampah organik sebagai bahan baku pupuk kompos, sampah plastik dan kain untuk membuat ecobricks dan kursi taman, serta menanam berbagai jenis tanaman sayur dan buah; menyulap lahan di desa menjadi ruang hijau yang bermanfaat bagi komunitas sekaligus ikon yang atraktif bagi wisatawan.
Presiden Direktur PT SCG Indonesia Chakkapong Yingwattanathawor menyampaikan, melalui kompetisi ESG Ambassadors 2024 yang terbuka untuk penerima beasiswa SCG Sharing the Dream, SCG mendukung generasi muda memulai perubahan dari lingkungan terdekat mereka, merasakan secara langsung permasalahan lingkungan dan dinamika sosial masyarakat, untuk kemudian mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada dan menemukan potensi yang dapat dikembangkan.
"Dengan keterlibatan langsung, anak muda bisa mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab, menciptakan perubahan berkelanjutan, dan dampak jangka panjang bagi lingkungannya, sejalan dengan komitmen ESG 4 Plus, landasan operasi SCG yang dipersonalisasi dari kerangka kerja ESG," kata dia, Senin (28/10/2024).
Kompetisi regional ESG Ambassadors 2024 merupakan sebuah ajang bagi para penerima Beasiswa SCG Sharing the Dream untuk mempresentasikan ide-ide inovatif yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Kompetisi ini terbuka bagi semua SCG Scholars di berbagai negara, yakni Indonesia, Vietnam, Filipina, Laos, dan Kamboja. Wonderlearn berhasil keluar sebagai salah satu dari empat inisiasi pemenang dan mendapatkan hadiah berupa uang tunai dan bimbingan untuk mengimplementasikan program.
Alya Dzikry Hafizzah menjelaskan, berdasarkan riset yang dilakukannya, terungkap bahwa anak-anak dan remaja di Wirokerten menghabiskan setidaknya 1-5 jam sehari untuk bermain gawai, termasuk memainkan gim dan media sosial seperti TikTok. Atas alasan itu ia dan Inggrid membuat program Educode.
Melalui Educode, anak-anak tidak hanya belajar konsep dasar seperti daur ulang, pelestarian alam, dan pengurangan sampah, tetapi juga terlibat langsung dalam aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Penggunaan elemen visual dan tantangan dalam gim mempermudah pemahaman konsep abstrak, sementara keterlibatan dalam pengembangan game mengasah kreativitas, logika, dan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
"Kami harap kegiatan ini dapat menanamkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini dan membentuk kebiasaan positif yang berdampak jangka panjang," katanya.
Adapun program Fun Garden, menurut Inggrid Wilhelmina, menjadi sarana bagi anak, remaja, dan masyarakat Wirokerten dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari Educode. Aktivitas meliputi pengelolaan tumpukan sampah, memisahkan sampah organik untuk bahan baku pupuk kompos yang digunakan di taman, serta mengonversi sampah botol plastik menjadi ecobricks multiguna, salah satunya untuk membuat kursi taman. "Selain itu, beragam jenis buah dan sayur pun ditanam untuk menghijaukan lahan di Desa Wisata Wirokerten," kata Inggrid.
Program Wonderlearn turut mendukung target “Bantul Bersih Sampah 2025” Pemerintah Kabupaten Bantul, di mana upaya strategis difokuskan pada terobosan-terobosan baru yang akan menyelesaikan siklus sampah di desa, sehingga sampah tidak perlu lagi dikirim atau disetorkan ke TPA pusat. Selama periode Agustus-Oktober, Program Wonderlearn berhasil mendorong partisipasi sebanyak lebih dari 50 anggota masyarakat di Desa Wisata Wirokerten, termasuk anak dan remaja, Kelompok Desa Wisata Wirokerten, Kelompok Wanita Tani, serta Pemerintah Desa.
Seperti diketahui, volume sampah yang tinggi telah melampaui kapasitas Tempat Pembuangan Akhir di Bantul, DIY, menyebabkan TPA ditutup permanen pada Maret lalu. Minimnya kesadaran dan edukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah turut memperburuk situasi ini.
Di era globalisasi, teknologi berperan penting dalam edukasi lingkungan. Indonesia masih berada di peringkat ke-45 dari 64 negara dalam daya saing digital, membatasi pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan manajemen sampah. Kabar baiknya, di lingkup nasional, DIY termasuk ke dalam 10 besar provinsi berdasarkan pemetaan daya saing digital.
Program Wonderlearn telah resmi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat Desa Wisata Wirokerten melalui acara penyerahan simbolis dan talk show inspiratif di Paviliun Grojogan, Desa Wisata Wirokerten, Kab. Bantul, pada Ahad (27/10/2024).