Selasa 29 Oct 2024 12:00 WIB

Dewan Keamanan PBB Gelar Sidang Darurat Bahas Kengerian di Palestina

PBB mendesak Israel menghentikan agresi militer di Palestina.

Warga Palestina memeriksa sisa-sisa bangunan yang hancur pasca serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 25 Oktober 2024.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina memeriksa sisa-sisa bangunan yang hancur pasca serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 25 Oktober 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, HAMILTON -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (28/10) mengadakan sidang darurat untuk membahas serangan Israel terhadap Iran yang terjadi akhir pekan lalu.

Sidang darurat ini diminta oleh Rusia, Aljazair, dan China setelah adanya surat dari utusan Iran untuk PBB, Amir Said Iravani, kepada Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dan anggota Dewan Keamanan.

Baca Juga

Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Timur Tengah dan Asia Pasifik, Khaled Khiari, menyampaikan bahwa Guterres mengecam “semua tindakan yang meningkatkan ketegangan” dan menyerukan penghentian "retorika perang dan ancaman."

"Kedua belah pihak harus berhenti menguji batas kesabaran masing-masing dan bertindak demi perdamaian serta stabilitas kawasan,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa "tahun lalu telah membawa penderitaan luar biasa bagi masyarakat di seluruh Timur Tengah."

Khiari menyoroti kondisi “tak tertahankan” warga Palestina di Gaza utara dan menyebutkan bahwa “angka kematian, cedera, dan kehancuran di wilayah utara sangat mengerikan.”

Dia juga mengingatkan bahwa "penundaan tahap akhir kampanye vaksinasi polio di Gaza utara mengancam nyawa ribuan anak."

Risiko Agresi Israel

Utusan Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, kembali memperingatkan akan “risiko agresi Israel terhadap Gaza yang menyebar ke seluruh Timur Tengah,” dan mengatakan: “Sayangnya, risiko ini telah menjadi kenyataan.”

“Kita menghadapi konflik regional dengan konsekuensi global yang serius dan dapat diprediksi,” katanya, mengkritik beberapa anggota Dewan Keamanan yang “enggan” menyebut situasi ini sebagai “ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.”

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement