Jumat 01 Nov 2024 08:32 WIB

Amerika Deteksi Flu Burung H5N1 pada Babi untuk Pertama Kali

Deteksi ini merupakan peringatan bagi para peternak babi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Hewan babi (ilustrasi). Flu burung H5N1 telah dikonfirmasi pada seekor babi di sebuah peternakan di Oregon, Amerika Serikat.
Foto: Dok Kementan
Hewan babi (ilustrasi). Flu burung H5N1 telah dikonfirmasi pada seekor babi di sebuah peternakan di Oregon, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Flu burung H5N1 telah dikonfirmasi pada seekor babi di sebuah peternakan di Oregon, Amerika Serikat (AS) Departemen Pertanian AS (USDA) menyatakan hal ini menandai penemuan pertama virus tersebut pada babi di AS.

Babi menjadi perhatian khusus dalam penyebaran flu burung karena mereka dapat terinfeksi oleh virus burung dan manusia secara bersamaan, yang berpotensi menghasilkan virus baru yang lebih berbahaya dan mudah menular. Richard Webby, ahli virus dari St Jude Children's Research Hospital yang meneliti flu pada hewan dan burung untuk Organisai Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan bahwa babi adalah sumber pandemi flu H1N1 pada tahun 2009-2010, dan telah terlibat sebagai sumber pandemi flu lainnya.

Baca Juga

Namun demikian menurut dia, temuan virus H5N1 di sebuah peternakan kecil ini tidak terlalu mengkhawatirkan, dibandingkan jika virus tersebut terdeteksi di peternakan babi komersial.

“Saya pikir itu mungkin tidak terlalu meningkatkan risiko, tetapi tentu saja, jika virus ini mulai menular pada babi, itu benar-benar meningkatkan risiko,” kata dia seperti dilansir Reuters, Jumat (1/11/2024).

Agar tidak meluas, peternakan di Oregon telah dikarantina, dan hewan-hewan lain di sana, termasuk domba dan kambing, berada di bawah pengawasan USDA. Babi dan unggas di peternakan tersebut  juga dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus dan memungkinkan dilakukannya pengujian tambahan terhadap babi-babi tersebut.

“Kasus ini berasal dari burung liar dan bukan dari peternakan unggas atau sapi perah. Migrasi burung liar telah membawa flu burung ke kawanan unggas dan ternak,” kata juru bicara USDA.

Penemuan ini juga merupakan salah satu faktor yang mendorong USDA untuk memperluas pengawasan flu burung dengan melakukan pengujian susu mentah secara nasional. Menurut USDA, babi-babi di peternakan Oregon tidak dimaksudkan untuk pasokan makanan komersial. Meski begitu, temuan ini tetap memberi tekanan pada harga babi di Chicago Mercantile Exchange.

Deteksi ini merupakan peringatan bagi para peternak babi untuk mewaspadai infeksi lebih lanjut, demikian kata Marie Culhane, seorang profesor kedokteran populasi hewan di University of Minnesota yang telah meneliti virus flu pada babi. “Masyarakat harus mulai meningkatkan rencana mereka untuk menanganinya jika hal itu terjadi di kawanan lain dan kawanan lain. Babi sangat pandai menangkap virus influenza,” kata Culhane.

Pada tahun ini, 36 orang telah dinyatakan positif flu burung karena virus ini telah menyebar ke hampir 400 kawanan sapi perah di kawasan tersebut. Kecuali satu orang, semua yang terinfeksi adalah pekerja peternakan yang memiliki kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

Sejak tahun 2022, virus ini telah memusnahkan lebih dari 100 juta unggas dalam wabah flu burung terburuk yang pernah terjadi di negara ini.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement