Ahad 17 Nov 2024 16:25 WIB

Badai Man-Yi Terjang Filipina, Ribuan Warga Mengungsi

Badai Man-Yi menjadi badai besar keenam yang menghantam Filipina dalam waktu sebulan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Qommarria Rostanti
Warga dievakuasi menggunakan peralatan darurat saat melintasi banjir akibat badai Man-Yi (ilustrasi). Badai Man-Yi menjadi badai besar keenam yang menghantam Filipina dalam waktu sebulan.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Warga dievakuasi menggunakan peralatan darurat saat melintasi banjir akibat badai Man-Yi (ilustrasi). Badai Man-Yi menjadi badai besar keenam yang menghantam Filipina dalam waktu sebulan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Badai kuat menghancurkan rumah-rumah, menyebabkan gelombang tinggi, dan memaksa ribuan warga di seluruh utara Filipina mengungsi ke tempat penampungan sementara. Badai Man-Yi menjadi badai besar keenam yang menghantam Filipina dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.

Man-Yi tiba di timur Provinsi Catanduanes pada Sabtu (16/11/2024) malam dengan kecepatan angin hingga 195 kilometer per jam dan hembusan 240 kilometer per jam. Lembaga pemantau cuaca Filipina memperingatkan badai "berpotensi menimbulkan situasi mengerikan dan mengancam nyawa" di provinsi itu.

Baca Juga

Belum ada laporan korban jiwa dari Man-Yi yang diperkirakan akan bergerak ke arah barat laut melintasi wilayah utara Luzon pada Ahad (17/11/2024). Metropolitan Manila diperkirakan tidak akan terkena embusan langsung tapi tetap dilanda hujan deras dan gelombang tinggi.

“Hujannya sedikit, tetapi anginnya sangat kencang dan mengeluarkan suara menderu yang menakutkan,” kata seorang petugas mitigasi bencana di Catanduanes, Roberto Monterola.

"Di sepanjang jalan raya utama di sini, gelombang pasang naik hingga lebih dari 7 meter (23 kaki) di dekat rumah-rumah di tepi pantai. Kelihatannya sangat menakutkan," ujarnya.

Ia mengatakan seluruh Catanduanes mengalami pemadaman listrik setelah badai menumbangkan pohon-pohon dan tiang listrik. Tim respon bencana sedang memeriksa berapa banyak rumah yang rusak akibat badai terbaru.

"Selain makanan, kami membutuhkan atap seng dan bahan bangunan lainnya. Penduduk desa memberi tahu kami di sini mereka masih belum bisa bangkit dari badai sebelumnya dan terjepit lagi oleh topan ini,” kata Monterola.

Hampir setengah dari 80 ribu penduduk provinsi pulau itu berlindung di pusat-pusat evakuasi. Pejabat Pemerintah Catanduanes sangat khawatir ketika topan mendekat sehingga mereka mengancam penduduk desa yang rentan akan ditangkap jika mereka tidak mengikuti perintah untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Menurut Asisten Sekretaris Pejabat Pertahanan Sipil Catanduanes Cesar Idio dan pejabat provinsi lainnya Man-yi dan dua badai sebelumnya yang sebagian besar terjadi di Filipina utara memaksa lebih dari 750 ribu orang berlindung di tempat penampungan darurat, termasuk gereja dan pusat perbelanjaan.

Badai dan topan beruntun yang jarang terjadi menghantam Luzon hanya dalam waktu tiga pekan, menewaskan lebih dari 160 orang, berdampak pada 9 juta orang. Badai-badai itu juga menyebabkan kerusakan parah pada pemukiman penduduk, infrastruktur, dan lahan pertanian.

Sehingga Filipina mungkin harus mengimpor lebih banyak beras yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Filipina. Dalam pertemuan darurat saat Man-yi mendekat, Presiden Ferdinand Marcos Jr meminta Kabinet dan pejabat provinsi untuk bersiap-siap menghadapi "skenario terburuk".

Otoritas Penerbangan Sipil Filipina mengatakan sedikitnya 26 bandara domestik dan dua bandara internasional ditutup sementara. Sementara itu karena cuaca buruk Penjaga Pantai Filipina menangguhkan layanan feri antarpulau serta kargo. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement