Rabu 27 Nov 2024 17:57 WIB

Template Braile Bantu Difabel Netra di Palembang Nyoblos Saat Pilkada

Ada 53 pemilih difabel netra di TPS 19 Palembang.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Tlemplate alat bantu memilih untuk tunanetra (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Tlemplate alat bantu memilih untuk tunanetra (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan difabel netra di Kota Palembang antusias menggunakan hak pilih dan terbantu dengan template braile yang disediakan KPU di bilik suara pada hari pemungutan suara Pilkada 2024  di TPS 19, Kecamatan Ilir Timur Tiga, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (27/11/2024). Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 19 Nuriadi mengatakan secara keseluruhan jumlah pemilih di TPS sebanyak 360 orang.

Sedangkan, untuk pemilih difabel netra sebanyak 53 orang. “Semua warga yang terdaftar pemilih di TPS ini sangat antusias menggunakan hak pilih pada Pilkada 2024, terutama pemilih tunanetra,” kata dia pada Rabu (27/11/2024).

Baca Juga

Ia menjelaskan pihaknya memberikan pendampingan untuk para pemilih difabel netra untuk memastikan surat suara yang dicoblos itu sah. Dalam TPS itu juga disediakan template suara suara dengan huruf braille. “Beberapa pemilih tunanetra ini didampingi oleh keluarga mereka. Namun, rata-rata pemilih tunanetra ini didampingi oleh KPPS,” jelasnya.

Nuriadi mengatakan pihaknya tidak mengalami kendala yang berarti saat dalam melayani para pemilih difabel netra karena telah memiliki pengalaman dari Pemilu 2024. “Dalam melayani para pemilih tunanetra ini tidak ada kendala, karena kami telah memiliki pengalaman dari Pemilu 2024,” kata dia.

Agus Palsa salah satu pemilih tunanetra TPS 19 mengatakan fasilitas untuk pemilih tunanetra pada tahun ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Sebab, template huruf braile itu lebih mudah digunakan.

“Untuk kendalanya hanya akses menuju ke bilik suara bagi kami,” katanya.

Ia berharap untuk para pemimpin yang terpilih nanti agar memperhatikan hak-hak dari para disabilitas, terutama akses jalan dan transportasi umum agar lebih mandiri.

“Kami juga berharap untuk program pendidikan disabilitas yang inklusif. Sehingga, setiap sekolah dan perguruan tinggi itu diharapkan dapat menerima para disabilitas, karena saat ini tidak seluruh perguruan tinggi menerima mahasiswa penyandang disabilitas,” kata Agus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement