REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setelah Bashar Assad terjungkal dari kursi kekuasaan, berbagai informasi terkait dengannya terungkap. Mantan Direktur Kantor Politik dan Media Kepresidenan Suriah, Kamel Saqr, berbicara tentang segala detail pada masa terakhir pemerintahan Assad. Termasuk rahasia seputar momen sebelum keberangkatannya ke Rusia.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Sabtu malam oleh podcast “Damascus Time”, yang berafiliasi dengan Al Arabiya, Saqr mengatakan bahwa Assad merasa kesepian. “Khususnya ketika dia tidak dapat menghubungi Presiden Putin; Ada upaya (mempertahankan kekuasaan dengan minta bantuan Rusia) yang terus berlanjut sepanjang hari Selasa, Rabu, dan Kamis, sebelum fajar pada hari Ahad, tanggal sembilan Desember (yaitu, hari jatuhnya pemerintahan Assad).”
Saqr melaporkan bahwa Assad meminta menghubungi Putin untuk pertama kalinya. “Kemudian hal ini tidak terjadi dan masalah tersebut terulang keesokan harinya, dan untuk ketiga kalinya (utusan khusus Presiden Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev dihubungi untuk menanyakannya untuk memberi tahu Presiden Putin bahwa Assad ingin berbicara dengannya.” Dia melanjutkan, "Setelah dua jam, muncul jawaban bahwa Presiden Putin sedang mengunjungi Belarus, dan dia tidak dapat berbicara dengan Anda (yaitu dengan Assad)."
Mantan pejabat Suriah, yang dekat dengan Assad, percaya bahwa jawaban yang diterima Assad itu tidak meyakinkan. Dia mengatakan bahwa dapat dipahami bahwa presiden di mana pun mereka berada, dan ke mana pun pergi, pasti memiliki tim khusus untuk komunikasi. Bahkan menteri luar negeri dapat menelepon dari negara mana pun jika “Ada masalah.”
Dia menunjukkan bahwa pada saat tersebut, Assad menyadari realitas posisinya, dan hal ini bertepatan dengan kendali faksi oposisi bersenjata atas kota Homs