Kamis 30 Jan 2025 11:44 WIB

Ironi Holocaust, Jagal Genosida Gaza Tuding Korbannya Jahat tapi Klaim Dirinya Malaikat?

Holocaust diperingati setiap tanggal 27 Januari secara internasional

Pengunjung melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Pengunjung melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setiap tanggal 27 Januari diperingati sebagai Hari Holocaust Internasional. Tetapi ayang, ada upaya dari sejumlah pihak yang berusaha memonopoli hari itu untuk kepentingan mereka saja, sehingga hari itu tak bisa berlaku untuk selain mereka.

Mereka menolak asosiasi segala kekerasan yang dilakukan mereka atau bagian dari mereka terhadap kelompok lain, dengan holocaust. Sebaliknya, mereka mengasosiasikan aksi-aksi kekerasan yang menimpa mereka dan bagian dari mereka oleh pihak lain, sebagai holocaust.

Baca Juga

Akibatnya, mereka menentang upaya menyamakan apa yang terjadi di Gaza saat ini dengan holocaust, tapi saat bersamaan menyamakan apa yang menimpa mereka, termasuk serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023, sebagai holocaust.

Mereka bukan orang-orang sembarangan, karena terdiri dari orang-orang seperti Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Biden mengasosiasikan apa yang menimpa Israel pada 7 Oktober 2023 ketika diserang Hamas, sebagai tindakan anti- Yahudi, tak ubahnya dengan semangat yang mendorong Nazi membunuhi Yahudi Eropa pada Perang Dunia Kedua, dan praktik-praktik anti-Yahudi sejak ribuan tahun silam.

"Peristiwa (serangan Hamas 7 Oktober 2023) ini telah membuka kenangan menyakitkan dan bekas luka yang ditinggalkan antisemitisme dan genosida warga Yahudi selama ribuan tahun," kata Biden pada 18 Oktober 2023.

Selain itu, elite internasional itu, khususnya para pemimpin Israel, menjadikan holocaust sebagai senjata untuk menyerang pihak lain dan sebaliknya untuk melindungi laku buruk mereka terhadap yang lain.

Pada 1982, ketika membuat justifikasi perang di Lebanon, PM Israeli saat itu, Menachem Begin, menyamakan pemimpin Palestina Yasser Arafat dengan Adolf Hitler.

Tiga puluh tahun kemudian, pada Oktober 2015, Benjamin Netanyahu yang perdana menteri Israel saat ini, menuding Imam Besar Palestina Amin al-Husseini dirasuki Hitler. Netanyahu pula yang menyebut Hamas sebagai "Nazi baru".

photo
Tentara Israel melihat pameran di Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Yerusalem, Israel, 26 Januari 2023. Hari Peringatan Holocaust Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 27 Januari. - (EPA-EFE/ABIR SULTAN)

Ironisnya, mereka menolak menyamakan situasi Gaza saat ini di mana puluhan ribu warga sipil tewas yang kebanyakan anak-anak dan wanita, sebagai holocaust dan genosida.

Padahal, menurut organisasi kemanusiaan Save the Children, jumlah anak yang tewas di Gaza jauh lebih banyak ketimbang total konflik di seluruh dunia dalam tiga tahun terakhir.

"Pelaku genosida selalu memandang korbannya orang jahat tapi melihat dirinya sendiri sebagai orang yang benar, persis seperti cara Nazi dalam memandang Yahudi," tulis Raz Segal, profesor holocaust pada Stockton University di Amerika Serikat, dalam laman The Guardian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement