REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bergerak cepat terjun langsung ke lapangan mengecek penyebab kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur. Peristiwa kematian ikan massal ini merupakan fenomena alam tahunan akibat cuaca ekstrem yang memicu penurunan massa air hingga terjadinya upwelling yang menyebabkan pasokan oksigen berkurang secara drastis.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu menjelaskan fenomena tahunan seperti kematian ikan massal seharusnya tidak terjadi lagi, karena KKP setiap tahun selalu mengimbau kepada daerah yang wilayahnya memiliki perairan umum. Imbauan ini disampaikan melalui surat pemberitahuan pencegahan kematian massal ikan di perairan umum dan juga petunjuk teknis pencegahan dan penanganan kematian massal ikan budidaya di perairan umum akibat cuaca ekstrim yang terjadi seperti di Daerah Aliran Sungai Citarum yaitu Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur.
“Fenomena kematian massal ini selain upwelling, berdasarkan hasil pengecekan dari tim KKP yaitu penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) sudah tidak sesuai dan melebih kapasitas," ujar Haeru dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (10/2/2025).
Haeru mengatakan KKP juga selalu mengingatkan jumlah penggunaan KJA yang sesuai dengan standar dan daya dukung dengan zonasi yang telah ditentukan. Haeru menyampaikan KKP telah merekomendasikan periode budidaya dan penyuluh KKP juga rutin melakukan pendampingan ke masyarakat pembudidaya.
Haeru menambahkan, berbagai upaya pencegahan dan pengendalian kematian massal telah dilakukan oleh KKP. Dia berharap masyarakat pembudidaya bisa mengambil langkah antisipatif agar tidak rugi.
"Peringatan cuaca ekstrem sudah kami himbau dan tanda-tanda kualitas air tidak bagus juga sudah mulai kelihatan. Kenapa tidak dilakukan panen total atau panen awal sehingga risiko kematian massal dapat dihindari,” ucap Haeru.
Haeru menyampaikan KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya telah menurunkan tim untuk mengecek penyebab terjadinya kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur.
Direktur Ikan Air Tawar Ujang Komarudin menyampaikan tercatat total kematian ikan massal di Waduk Jatiluhur sebanyak kurang lebih 100 ton atau senilai Rp 2,2 miliar. Mayoritas jenis ikan yang mengalami kematian massal adalah ikan mas. "Asumsi harga ikan mas saat ini adalah Rp 22 ribu per kilogram," ujar Ujang.
Ujang mengatakan lokasi kejadian kematian massal yaitu di Kampung Pasir Kole Desa Kutamanah Kecamatan Sukasari dan Kampung Citerbang Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani. Menurut Ujang, mayoritas masyarakat pembudidaya sudah mengetahui adanya cuaca ekstrim dan bahaya upwelling dapat menyebabkan kematian massal ikan budidaya.
"Namun banyak diantaranya mereka gambling dan masih menahan panen ikan hasil budidayanya supaya bisa mencapai ukuran yang lebih besar," ucap Ujang.
Ujang mengimbau pembudidaya melakukan panen total maupun panen awal untuk menghindari kematian ikan massal. Terlebih untuk jenis ikan yang ikan mas yang sangat bergantung hidupnya pada kestabilan pasokan oksigen terlarut (O2).
"KKP merekomendasikan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas budidaya di Waduk Jatiluhur hingga cuaca kembali normal dan perairan bisa merecovery kondisinya dengan stabil. Segera angkat ikan yang sudah mati dari perairan dan langsung kubur supaya kondisi perairan waduk cepat kembali normal dan tidak tercemar,” kata Ujang.