Selasa 11 Feb 2025 15:30 WIB

Bullion Bank dan Deposito Emas, Strategi Pegadaian Kurangi Impor Emas

Budaya menabung emas di Indonesia sangat tinggi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Pegadaian terus memperkuat layanan deposito emas sebagai langkah awal menuju pembentukan bullion bank di Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Pegadaian
Pegadaian terus memperkuat layanan deposito emas sebagai langkah awal menuju pembentukan bullion bank di Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegadaian terus memperkuat layanan deposito emas sebagai langkah awal menuju pembentukan bullion bank di Indonesia. Direktur Utama Pegadaian, Damar Latri Setiawan menyatakan, layanan ini telah resmi berjalan sejak 1 Januari 2025, setelah mendapat izin dari regulator pada 22 Desember 2024.  

"Alhamdulillah, sudah banyak yang mendepositokan emasnya. Kami sudah mulai menjalankan layanan deposito emas, baik secara langsung maupun melalui Pegadaian Digital Service. Sekarang, nasabah bisa langsung mendepositokan emasnya secara digital," kata Damar di sela-sela Acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2025 di Jakarta, Selasa (11/2/2025).    

Baca Juga

Damar menjelaskan budaya menabung emas di Indonesia sangat tinggi. Namun, selama ini banyak masyarakat yang menyimpan emasnya di rumah atau di bawah bantal. Dengan adanya deposito emas, emas tersebut bisa dimonetisasi tanpa harus dijual, sekaligus memberikan margin tambahan bagi nasabah.  

Lebih lanjut, ia merinci bahwa Pegadaian menawarkan empat layanan utama terkait emas, yakni simpanan emas (termasuk deposito emas), trading emas, pemanfaatan emas dalam skema B2B dan B2C, serta layanan gadai dan pinjaman berbasis emas. Dalam skema pinjam-meminjam emas, nasabah yang memiliki emas dapat mendepositokannya, lalu emas tersebut bisa dipinjam oleh pihak yang membutuhkan, misalnya untuk produksi emas batangan. "Sistemnya pinjam emas, kembalinya juga emas," jelas Damar.  

Menurutnya, skema ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor emas. Sebab, perusahaan emas besar di Indonesia selama ini lebih banyak mengekspor emasnya. Dengan sistem ini, juga bisa memanfaatkan emas yang sudah beredar di dalam negeri, termasuk dari scrap emas atau emas hasil daur ulang.  

Damar menambahkan, cukup dengan 5 gram emas, masyarakat sudah bisa mendepositokan emasnya di Pegadaian. Ke depan, Pegadaian akan terus memaksimalkan potensi deposito emas sebagai pondasi awal pembentukan bullion bank di Indonesia. 

Di tingkat global, tren permintaan dan pasokan emas juga mengalami perkembangan signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Head of Asia-Pacific (ex-China) & Global Head of Central Banks di World Gold Council Shaokai Fan dalam Seminar Bullion Financial Services in Indonesia: Opportunities and Challenge.  

Menurut Shaokai, harga emas terus mencetak rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2024, harga emas naik hampir 30 persen dalam dolar AS, dan saat ini telah menyentuh 2.500 dolar AS per ons.  

"Secara global, permintaan emas mencapai hampir 5.000 ton pada tahun lalu, tertinggi sepanjang sejarah," ungkapnya.  

Permintaan terbesar berasal dari sektor investasi dan perhiasan, sementara bank sentral juga menjadi pembeli emas dalam jumlah besar. Di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi pasar emas yang besar, sebanding dengan Thailand dan Vietnam.  

Shaokai menilai, pembentukan bullion bank dan Dewan Emas Indonesia akan menjadi langkah strategis untuk mengembangkan ekosistem emas nasional, sebagaimana telah diterapkan di Turki, Singapura, dan Malaysia.  

"Bullion bank bisa menjadi solusi bagi Indonesia untuk mengoptimalkan emas dalam sistem keuangan, mengurangi impor, serta meningkatkan transparansi pasar emas," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement