Rabu 27 Aug 2025 08:30 WIB

Struktur Pajak Indonesia Dinilai Anomali, Kontribusi Industri Minim

Pajak industri dan pertanian jauh di bawah kontribusinya terhadap PDB.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Kontribusi pajak industri konstruksi hanya 4,69 persen, padahal kontribusinya terhadap PDB mencapai 10,25 persen. (ilustrasi)
Foto: Meratus
Kontribusi pajak industri konstruksi hanya 4,69 persen, padahal kontribusinya terhadap PDB mencapai 10,25 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontribusi pajak industri konstruksi hanya 4,69 persen, padahal kontribusinya terhadap PDB mencapai 10,25 persen. Di sektor pertanian, kontribusi pajak hanya 1,48 persen, sementara perannya terhadap PDB mencapai 13,17 persen. Kondisi ini menandakan adanya anomali dalam struktur pajak Indonesia.

Darussalam, konsultan pajak dari Tax Center (DDTC), menyebut ketidakseimbangan ini sebagai persoalan serius yang harus segera diperbaiki. “Misalnya adalah dalam industri konstruksi. Penerimaan pajak kita 4,69 persen kontribusinya, sementara kontribusinya terhadap PDB sebesar 10,25 persen,” ujarnya dalam Seminar Nasional Seri 5 dengan topik Meningkatkan Rasio Perpajakan di Tengah Tekanan Ekonomi: Strategi & Solusi, Selasa (26/8/2025).

Baca Juga

Di sektor pertanian, perbedaan kontribusi semakin mencolok. Menurut Darussalam, kontribusi pajak sangat minim dibandingkan peran sektor ini terhadap PDB. “Apabila kita bandingkan dengan kontribusinya kepada PDB yang sebesar 13,17 persen, sementara hanya 1,48 persen rilis kontribusinya terhadap penerimaan pajak,” jelasnya.

Ia menegaskan, anomali ini kemungkinan dipengaruhi kebijakan pengenaan PPh final dan berbagai insentif pajak, sehingga beberapa sektor strategis tidak memberikan kontribusi optimal. Ia menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pajak agar rasio pajak lebih seimbang, kontribusi sektor industri dan pertanian sesuai kapasitas ekonomi, serta pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Evaluasi ini dinilai krusial untuk memastikan kebijakan perpajakan tidak hanya menguntungkan beberapa sektor tertentu, tetapi juga mendukung penerimaan negara secara adil dan berkelanjutan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement