Kamis 25 Sep 2025 05:15 WIB

Dua Bentuk Keikhlasan dan Lawan-lawannya Menurut Imam Ghazali

Imam Ghazali mengingatkan sepuluh hal yang dapat merusak amal.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama
Foto: republika
Teladan Imam Ghazali dalam tradisi ilmiah (ilustrasi), ilustrasi ulama

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk meraih cinta Allah SWT, seorang hamba dituntut memiliki keikhlasan dalam setiap amal ibadahnya. Ulama besar, Imam Ghazali menjelaskan, ikhlas terbagi ke dalam dua bentuk utama, yaitu ikhlas dalam beramal dan ikhlas dalam mencari pahala.

Menurut Imam Ghazali, ikhlas dalam beramal berarti dorongan hati untuk mendekat kepada Allah, mengagungkan urusan-Nya, serta menjawab seruan-Nya. Menurut dia, kemunculan keikhlasan semacam ini didorong oleh keyakinan yang benar dan kebalikannya adalah kemunafikan.

Baca Juga

Adapun ikhlas dalam mencari pahala, lanjut Imam Ghazali, adalah niat untuk memperoleh keuntungan akhirat dengan melakukan kebaikan. Lawannya adalah riya, yaitu keinginan mendapatkan keuntungan duniawi melalui amal akhirat, baik dalam bentuk harapan kepada Allah maupun pujian manusia.

photo
Umat muslim berdoa saat bulan Ramadhan di Masjid Yeni, Istanbul, Turki, Sabtu (1/3/2025). Ilustrasi Ramadhan - (AP Photo/Francisco Seco)

Imam Ghazali menegaskan, kedua jenis ikhlas ini memiliki dampak besar dalam kehidupan seorang Muslim. “Keikhlasan dalam beramal menjadikan amal sebagai pendekatan (taqarrub), sedangkan ikhlas dalam mencari pahala akan membuat amal diterima serta menghasilkan pahala berlimpah,” tulisnya dalam buku "Taman Kebenaran" terbitan Turos Khazanah.  

Lebih jauh, Imam Ghazali mengingatkan agar setiap hamba mewaspadai sepuluh hal yang dapat merusak amal, yakni kemunafikan, riya, kekacauan, menyebut-nyebut kebaikan, menyakiti, menyesali kebaikan, ujub, meratap, menganggap enteng amal, dan takut terhadap cercaan manusia.

Dengan menjaga ikhlas dalam niat dan amal, seorang Muslim diharapkan dapat semakin dekat dengan Allah sekaligus terbebas dari penyakit hati yang dapat merusak pahala.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement