REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, mengkritik keras kasus keracunan akibat makan bergizi gratis (MBG) yang dialami ribuan siswa di Indonesia. Ia menyarankan agar format MBG diubah, di antaranya dengan mengalihkan anggaran langsung kepada orang tua siswa dalam bentuk uang tunai.
“Keracunan massal punya risiko tinggi. Sebagai warga negara, kita minta formatnya diubah, langsung ke orang tua siapkan makan buat anak-anak mereka dengan alokasi anggaran,” kata Syafruddin saat dikonfirmasi Republika, Kamis (25/9/2025).
Menurut Syafruddin, opsi tersebut merupakan solusi jangka pendek sebagai tanggapan cepat menghadapi risiko keracunan yang menimbulkan keresahan. Hingga 22 September 2025, jumlah korban keracunan akibat MBG tercatat mencapai 4.711 orang yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
“Ini jangka pendek sebagai solusi segera menghadapi risiko keracunan yang sedang berlangsung. Kepentingan anak-anak untuk bebas dari risiko yang sangat tidak diharapkan mesti menjadi pertimbangan,” ujarnya.
Ia menekankan agar pemerintah memahami realitas di lapangan. Opsi solusi tersebut dinilai tepat untuk menekan risiko yang dialami lebih banyak siswa nantinya.
“Kasus keracunan yang sudah ribuan adalah alarm terakhir untuk hentikan MBG dengan format yang sedang berjalan. Cari dan evaluasi sebab-sebab keracunan hanya akan membuang anggaran dan waktu,” tegasnya.