Selasa 30 Sep 2025 22:07 WIB

KH Cholil Nafis Sebut Tiga Santri Al Khoziny Meninggal Tertimpa Bangunan Tergolong Syahid

Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.
Foto: AP Photo/Trisnadi
Tim SAR gabungan mencari korban bangunan mushala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025). Berdasarkan data Badan SAR Nasional terdapat 100 orang santri menjadi korban dalam peristiwa itu, 99 orang berhasil diselamatkan dimana delapan orang dievakuasi tim SAR gabungan dan 91 orang melakukan evakuasi mandiri setelah kejadian, sementara satu orang dilaporkan meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya tiga orang santri dalam musibah robohnya bangunan mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo pada Senin (29/9/2025).

Kiai Cholil mengatakan, musibah yang menimpa santri Al Khoziny tersebut hendaknya diterima dengan penuh kesabaran.

Baca Juga

"Saya ikut prihatin atas musibah ini. Mudah-mudahan Allah memberi kesabaran bagi keluarga dan kebaikan bagi korban," ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (30/9/2025).

Musibah robohnya bangunan mushala ini juga memunculkan pertanyaan di tengah masyarakat. Apakah santri yang wafat dalam kejadian itu tergolong mati syahid?

Menanggapi hal tersebut, Kiai Cholil menegaskan bahwa dalam ajaran Islam, orang yang meninggal akibat tertimpa bangunan roboh termasuk dalam golongan syahid akhirat.

“Dalam Islam, orang yang meninggal tertimpa bangunan roboh termasuk golongan mati syahid akhirat,” ujar Kiai Cholil 

Syahid akhirat, lanjutnya, adalah kategori syahid yang tidak serta merta menggugurkan tata cara pemulasaraan jenazah. 

"Syahid akhirat, termasuk yang meninggal karena tenggelam, sakit perut, tha‘un, dan tertimpa bangunan roboh. Mereka tetap dimandikan, dishalati, dan dikuburkan sebagaimana jenazah muslim lainnya, tetapi mendapat pahala syahid di akhirat. Apalagi santri yang sedang menuntut ilmu," jelas Kiai Cholil.

Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam al-Bukhari.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Para syuhada itu ada lima: orang yang mati karena wabah tha‘un, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa bangunan (shahibul hadm), dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR Bukhari). 

Seperti diketahui, duka mendalam menyelimuti keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, usai musibah robohnya bangunan mushala yang menimpa para santri. Dari total 98 santri yang menjadi korban, tiga di antaranya telah meninggal dunia.

Santri pertama yang wafat adalah Maulana Alfan Abrahimafic (15), warga Jalan Kalianyar Kulon, Surabaya. Ia mengembuskan napas terakhirnya tak lama setelah kejadian pada Senin (29/9/2025).

Hari ini, Selasa (30/9/2025), kabar duka kembali datang. Dua santri lainnya, yakni Mochammad Mashudulhaq (14) asal Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22) asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung, turut meninggal dunia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement