REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rendang, rupanya makin enak setelah dilakukan radiasi. Riset yang dilakukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada sejumlah penggemar rendang mengungkapkan hal itu.
Rendang lebih enak setelah dilakukan radiasi diungkap Prof Dr Siti Zubaidah Irawati, pakar radiasi produk pangan Batan, saat menggelar kuliah umum 'Standarisasi Pangan Olahan Siap Saji dengan Teknik Radiasi Berbasis Pangan SNI Iradiasi', di Aula Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
BATAN, kata Siti, telah mengkaji makanan rendang. Kajian dilakukan bersama beberapa instansi terkait seperti BPOM, Kementrian Kesehatan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, BAPETEN, IAEA, WHO dan FAO. BATAN juga telah melakukan sampel pada korban bencana alam di Jawa Tengah dan gempa bumi Nepal, April 2015 lalu.
"Terbukti dari 200 sample yang kami ambil datanya di Jawa Tengah, para korban yang kami beri rendang dengan teknik radiasi menyatakan lebih enak daripada rendang tanpa teknik radiasi," kata Siti.
Dengan demikian teknik ini dapat diterapkan pada korban bencana alam, industri makanan, terlebih menjelang MEA seperti sekarang ataupun meningkatkan gizi pasien. Berkat masa simpannya yang panjang, teknik radiasi ini juga berguna pada distribusi makanan.
"Harus kita bedakan dahulu antara irradiation food dan food radiation. Irradiation Food adalah produk pangan yang teradiasi sementara food radiation adalah prosesnya, dimana suatu produk pangan akan diradiasi terkontrol untuk memperpanjang masa simpannya sekaligus memperbaiki keamanan pangannya," kata Siti.
Teknik radiasi ini berguna dalam proses pengawetan makanan tanpa menghilangkan kandungan nutrisi serta cita rasa. Pangan siap saji berbahan baku hewani yang dimasak dengan resep tradisional umumnya hanya dapat bertahan pada suhu kamar kurang dari dua hari.
Saat ini banyak teknologi yang dapat diterapkan untuk membantu memperpanjang masa simpannya. Dan teknik radiasi merupakan salah satu alternatif lain yang dapat diterapkan untuk memperpanjang masa simpan sekaligus tetap menjaga mutu dan keamanan pangan.
Untuk melakukan teknik radiasi ini, papar Siti, kita membutuhkan radionuklida penghasil sinar gamma (cobalt-60, cesium-137) pada dosis maksimal 5 MeV, mesin berkas elektron (maximal 10 MeV) serta sinar X (maximal 5 MeV) serta bahan pangan kering, beku ataupun segar. Pada dosis rendah (kurang atau sama dengan 2 MeV) teknik ini berguna untuk menunda pertunasan dan pematangan.
Pada dosis sedang (3-10 MeV) berguna untuk membasmi reangga, dekontaminasi dan mengeliminasi mikroba (patogen) dan membasmi parasit. Sementara teknik radiasi dosis tinggi (di atas 10 MeV) berguna untuk sterilisasi.
Saat ini telah terbit SNI dan RSNI Pangan Radiasi yaitu SNI ISO 14470-2011 tentang iradiasi pangan dan persyaratan indikator untuk pangan.