REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat jaman sekarang sering termakan berita hoax. Salah satu penyebabnya karena literasi yang dimiliki masyarakat masih rendah. Hal ini diungkapkan oleh Co-Founder Provetic, Shafiq Pontoh, dalam Media Gathering, #Nutrischool, di Jakarta, belum lama ini.
Ia menjelaskan hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Hoax juga diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar.
Menurutnya, literasi Indonesia sangat rendah bila dibandingkan dengan negara lain. Masyarakat jarang melakukan crosscheck atau klarifikasi berita. Sebagian masyarakat yang menggunakan platform messaging (whatsapp, BBM, Telegram, dan lainnya) tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk klarifikasi berita. Ditambah dengan polarisasi akibat proses politik, SARA, merebaklah berita palsu, berita bohong. "Berbagai faktor tersebut memicu maraknya hoax di dunia medsos Indonesia," jelasnya.
Hoax ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Hoax adalah fenomena global. Amerika juga terkena wabah hoax atau fake news, sehingga mempengaruhi proses pemilu. Inggris ketika melaksanakan referendum brexit atau bremain, juga banyak terpengaruh oleh isu media sosial. Jerman sedang menggodok legislasi untuk menghukum Facebook hingga 7 miliar setiap artikel yang terbukti hoax dan tidak segera dihapus. Suriah pun kehancurannya diakselerasi oleh penyebaran hoax.