Senin 04 Jun 2018 19:04 WIB

Mengenal Jaringan 5G Berkecepatan 1GB per Detik

Jaringan 5G dipercaya akan membantu meningkatkan teknologi Internet of Things (IoT)

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
jaringan 5G. ilustrasi
Foto: BBC
jaringan 5G. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Selama ini kebanyakan kita menganggap bahwa jaringan 4G, yang sudah akrab dengan aktivitas sehari sudah cukup cepat. Namun, kini beberapa negara sedang mengembangkan, bahkan sudah menerapkan jaringan 5G.

Apa itu 5G? Dikutip dari Engadget, Senin (4/6), jaringan 5G adalah generasi terbaru dari konektivitas internet seluler, yang menawarkan kecepatan yang lebih cepat dan koneksi yang lebih andal pada smartphone dan perangkat lain daripada sebelumnya.

Baca: Teknologi 5G akan Munculkan Model Bisnis Baru

Dengan menggabungkan teknologi jaringan mutakhir dan penelitian paling mutakhir, 5G menawarkan koneksi yang lebih cepat daripada koneksi saat ini, dengan kecepatan unduh rata-rata sekitar 1GBps.

Jaringan 5G dipercaya akan membantu meningkatkan teknologi Internet of Things (IoT), menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membawa data dalam jumlah besar, lalu memungkinkan dunia yang lebih cerdas dan terhubung. Dengan perkembangan yang berjalan dengan baik, jaringan 5G diharapkan mulai diterapkan di seluruh dunia pada tahun 2020, bekerja bersama teknologi 3G dan 4G yang ada untuk menyediakan koneksi cepat di mana pun Anda berada.

Amerika Serikat, Cina, dan Korea Selatan diperkirakan menjadi negara pertama yang memasang jaringan 5G penuh, disusul Inggris. Banyak perusahaan sibuk memastikan jaringan dan perangkat mereka '5G Ready' pada tahun 2020, yang berarti beberapa jaringan mungkin akan diluncurkan sebelum itu.

Meski begitu, Sebuah analisis dari 97 studi oleh badan peninjau yang didanai Uni Eropa, EKLIPSE, menyimpulkan radiasi adalah risiko potensial terhadap orientasi serangga, burung serta kesehatan tanaman. Akan tetapi, badan amal Buglife memperingatkan, meskipun ada bukti yang baik tentang bahaya, hanya ada sedikit penelitian yang dilakukan untuk menilai dampaknya, atau menerapkan batas polusi.

Buglife mengatakan, dampak serius pada lingkungan tidak dapat dikesampingkan. Sehingga, pemancar 5G diharapkan berada jauh dari lampu jalan yang menarik serangga, atau area di mana mereka dapat membahayakan satwa liar.

''Kami menerapkan batasan untuk semua jenis polusi untuk melindungi kelayakan lingkungan hidup kita, tetapi sampai sekarang, bahkan di Eropa, batas aman radiasi elektromagnetik belum ditentukan, apalagi diterapkan,'' kata Matt Shardlow, CEO Buglife, dikutip dari Telegraph, beberapa waktu lalu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement