Jumat 27 Sep 2019 22:34 WIB

Cara 'Mimin' Twitter Bisa Dekat dengan Warganet

'Mimin' Twitter dituntut bisa dekat dengan warganet.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Twitter. Ilustrasi
Foto: Foxnews
Twitter. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendekatkan sebuah produk atau lembaga dengan audiens bisa melalui banyak cara. Salah satunya lewat media sosial. Hampir semua instansi, media, ataupun tokoh kenamaan memiliki akun Twitter yang mewakili personanya.

Untuk lembaga atau instansi, orang yang menjalankan akun disebut admin atau 'mimin'. Masing-masing admin punya cara khas untuk menjalin keakraban dengan warganet yang menjadi target atau audiens.

Baca Juga

Salah satunya Wikipedia Indonesia dengan akun @idwiki. Admin Wikipedia Indonesia, Bona Ventura, mengatakan bahwa akun tidak bisa sekadar informatif dan reaktif, tetapi harus berinisiatif mencari topik pembicaraan tertentu.

Status @idwiki yang sempat menarik perhatian warganet adalah komentar tentang fenomena berbahasa Inggris ala Jakarta Selatan beberapa waktu silam. Akun juga pernah membahas padanan kata "Senin" dalam berbagai bahasa guna menyemangati khalayak.

"Harus sering-sering melihat apa yang lagi tren biar konten bisa relate sama orang, meski terkadang perencanaan topiknya spontan. Kalau orang mikir Wikipedia itu kaku, kami buat persona yang nyeleneh, terbuka, dan membumi," kata Bona.

Dua narasumber lain adalah psikiater Jiemi Ardian yang banyak mengulas kesehatan mental dan perwakilan dari media Historia yang konsisten mengusung topik sejarah. Meski memiliki latar belakang dan tujuan berbeda, cara merangkul warganet tetap sama.

Jiemi, misalnya, berinteraksi dengan audiens dengan kalimat penuh dukungan, bahkan humor. Dengan cara yang tidak menghakimi, dia berusaha membuat pengidap atau penyintas gangguan kesehatan mental tidak merasa sendirian.

"Interaksi di Twitter unik, karena tidak hanya satu orang tetapi komunal. Ketika saya lempar satu topik, ada banyak warganet lain merespons, berkomentar, dan mendukung," ucapnya.

Perwakilan dari Historia, Hendri, mengatakan bahwa akun Twitter medianya berusaha menyebarluaskan konten-konten artikel dan berita yang sudah diproduksi. Supaya menarik, tulisan populer itu dikaitkan dengan hal yang sedang terjadi saat ini.

"Postingan sebaiknya berfaedah bagi banyak orang, karena audiens mencari sesuatu yang mereka butuhkan. Tidak perlu membuat utas serius, pakai bahasa ringan atau meme karena orang suka dengan cerita lucu," tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement