Selasa 05 Nov 2019 11:52 WIB

Kaspersky Dorong Peran Perempuan di Industri Keamanan Siber

Hal ini dilakukan Kaspersky untuk mengatasi situasi bias gender.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Perempuan di dunia TI (Ilustrasi)
Foto: Dailymail
Perempuan di dunia TI (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaspersky berkomitmen untuk mendorong perempuan di industri keamanan siber dan mengatasi situasi bias gender. Di antara inisiatifnya, perusahaan menciptakan komunitas online, Women in Cybersecurity, yang bertujuan mendukung pertumbuhan karir perempuan untuk memasuki industri keamanan siber dan mereka yang sudah menyicipi lapangan pekerjaan tersebut.

“Ini bukan hanya masalah menemukan rasio sempurna antara laki-laki dan perempuan. Dalam wawancara mendalam dengan CISO, banyak dari mereka mengatakan, tidak ada cukup banyak kandidat perempuan dalam jaringannya. Jadi, untuk mengatasi kesenjangan gender dalam keamanan dunia siber, kita juga harus mendorong perempuan untuk memilih jalur karir ini,” kata Acting Managing Director Europe di Kaspersky, Evgeniya Naumova dalam rilis yang diterima Republika, Senin (4/11).

Baca Juga

Kaspersky bermitra dengan Girls in Tech untuk mendukung AMPLIFY, sebuah kompetisi startup bagi para pendiri perempuan untuk pendanaan awal. Perusahaan ini secara rutin mengadakan acara CyberStarts di Amerika dan Eropa.

Acara ini memberdayakan generasi keamanan siber profesional berikutnya. Salah satu topik utama acara ini adalah upaya untuk mengurangi kesenjangan gender dalam bidang keamanan siber.

Komitmen ini dilakukan Kaspersky terkait keamanan siber (cybersecurity), seperti halnya TI pada umumnya, yang masuih dianggap sebagai bidang yang didominasi oleh laki-laki. Persepsi ini bisa menjadi penghalang bagi perempuan untuk memasuki industri.

Menurut laporan 451 penelitian, ‘Cybersecurity Through The CISO’s Eyes: Perspectives on A Role’ yang dilakukan oleh Kaspersky, 45 persen responden mengatakan perempuan kurang terwakili di CISO. Meskipun demikian, 37 persen dari responden tersebut mengaku akan menerapkan prosedur resmi, yang bertujuan menarik lebih banyak perempuan di departemen keamanan TI mereka.

Penelitian ini juga menemukan bahwa laki-laki melebihi jumlah perempuan dalam jabatan pemimpin keamanan TI. Hanya seperlima (23 persen) responden menjawab pertanyaan tentang gender, yang menyatakan bahwa mereka adalah perempuan.

Meskipun demikian, masa jabatan dalam peran tersebut menunjukkan bahwa jumlah perempuan dalam kepemimpinan keamanan sedang mengalami peningkatan. Dalam penelitian disebutkan sebanyak 20 persen responden perempuan telah berpindah posisi menjadi pemimpin keamanan TI dalam dua tahun terakhir, di mana dua kali lebih besar dari jumlah laki-laki (10 persen) di peran ini.

“Temuan survei ini menunjukkan, situasi dalam industri keamanan siber memang sedang mengalami perubahan, namun masih jauh dari kondisi ideal dan kita masih menghadapi kekurangan dalam hal representasi perempuan yang kuat dalam peran di sektor tersebut,” jelas Naumova.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement