REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti Amerika Serikat pada Rabu (27/7) mengidentifikasi antibodi yang khusus melindungi tikus dari infeksi virus zika, temuan penting menuju pengembangan vaksin dan tes diagnostik lebih baik dan terapi berbasis terapi antibodi.
Para peneliti dari Washington University School of Medicine di St. Louis memperoleh temuan itu dengan menginfeksi tikus dengan virus zika, yang memungkinkan sistem kekebalan binatang itu memproduksi antibodi zika.
Menurut temuan mereka yang dipublikasikan di jurnal Cell, ada enam antibodi yang ditemukan, dan empat di antaranya efektif mencegah ancaman infeksi zika pada sel dan tubuh tikus.
"Yang penting, beberapa dari antibodi kita bisa menetralkan strain virus zika Afrika, Asia dan Amerika pada derajat yang sama," kata Daved Fremont, profesor patologi dan imunologi yang juga penulis hasil studi itu dalam satu pernyataan.
Hasil studi itu juga menunjukkan bahwa antibodi-antibodi itu terikat secara eksklusif pada zika dan tidak pada virus terkait, yang artinya mereka cukup spesifik untuk digunakan dalam pemeriksaan diagnostik.
Kemudian, mereka menggunakan satu teknik yang disebut kristalografi sinar-X untuk membidik situs pengikatan dan menemukan dua antibodi paling protektif terikat ke wilayah protein khusus zika yang sama, amplop protein yang meliputi permukaan virus.
"Ini langkah pertama menuju pengoptimalan strategi vaksin dan pengembangan terapi berbasis antibodi serta meningkatkan usaha membangkitkan diagnostik yang secara khusus akan membedakan virus zika dari flavivirus terkait lainnya," kata peneliti penyakit infeksi Michael Diamond, penulis lain dari makalah itu.
Namun para peneliti mencatat bahwa pertanyaan utama mengenai apakah antibodi penetralisir zika bisa melindungi perempuan hamil dan janin yang sedang berkembang masih harus dijawab.
Karena perbedaan-perbedaan signifikan pada kehamilan tikus dan manusia, studi perlindungan antibodi mungkin membutuhkan percobaan-percobaan pada mamalia lain seperti primata non-manusia yang memungkinkan transfer antibodi dari ibu ke janin seperti yang terjadi pada manusia.
Hingga sekarang belum ada pengobatan khusus untuk infeksi virus zika, dan perempuan yang terinfeksi selama hamil berisiko memiliki bayi dengan cacat lahir, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua Jumat (28/7).