REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koleksi mumi manusia yang ditemukan di Chile Utara berubah menjadi berlendir hitam akibat naiknya tingkat kelembaban. Para peniliti masih belum mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
Lebih dari 100 mumi-mumi yang setidaknya berumur 7 ribu tahun ini, sudah mulai berubah berstruktur gelatin atau agar. Padahal, tahun lalu pejabat lokal mendaftarkannya kepada badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, sebagai situs warisan dunia.
Mendapatkan persetujuan itu, tentu saja, tak akan menyelamatkan mumi itu dari perubahannya. Namun para peneliti berharap hal itu dapat meningkatkan perhatian dari komunitas internasional, sehingga mereka bisa mendapatkan solusi permasalahan lendir hitam itu. Lendir pekat itu dianggap sebagai hasil koloni bakteri yang tumbuh subur di kulit mumi.
Antropologis yang juga kepala departemen di Universitas Tarapaca di Chile mengatakan pendaftaran itu semata bukan karena tujuannya untuk didaftarkan. "Tapi lebih kepada dimulainya perkembangan proses alat konservasi dengan negara Chile dan masyarakat Internasional," katanya seperti yang dikutip Reuters.
Sejak awal 1900-an, hampir 300 mumi manusia telah ditemukan di sepanjang pantai Peru selatan dan Chile Utara, termasuk orang dewasa, anak-anak, bayi, dan janin yang mengalami keguguran.
"Belum ada kabar apakah pendaftaran ke UNESCO itu akan disetujui, namun kita berharap para peneliti lokal akan menemukan bantuan yang dibutuhkan untuk menjaga mumi agar tetap aman," ujarnya.