REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti Serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rosichon Ubaidillah, menyatakan tak perlu berlebihan menanggapi menyebarnya hama ulat bulu di sejumlah wilayah. Alam, katanya, akan secara otomatis melakukan keseimbangan. "Dibiarkan saja secara alami, ulat bulu ini akan berkurang," katanya.
Ia menganjurkan untuk tidak gegabah menyemprotkan insektisida, karena itu hanya menyelesaikan akibat, bukan penyebab. Sedangkan untuk mengantisipasi ledakan populasinya, mengembalikan ekosistem perlu agar terjadi keseimbangan alam.
Menurutnya, ulat bulu yang kini menyebar sudah ada sejak dulu. "Itu spesies lymantridae. Tapi dahulu populasinya tidak meledak seperti sekarang," ujarnya.
Meledaknya populasi ulat bulu ini dipengaruhi oleh faktor biotik (makhluk hidup) dan abiotik (benda tidak hidup). Faktor biotik ini yang berpengaruh untuk mengendalikan naik turunnya populasi.
Yang tak kalah penting mempengaruhi naik turunnya populasi, katanya, adalah ketersediaan pangan. "Ulat bulu terutama spesies lymantridae memang menyenangi makanan keluarga mangga-manggaan atau anacardiace. Tak heran jika populasinya meningkat di daerah yang memiliki perkebunan mangga yang besar dan luas," katanya.
Ingin mengikuti penjelasan Rosichon Ubaidillah lebih lanjut? Simak di rubrik pro dan kontra di Harian Republika edisi besok.