Selasa 11 Nov 2014 13:17 WIB

Bank Sentral Rusia Revisi Pertumbuhan Ekonomi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Vladimir Putin
Foto: REUTERS/Alexei Druzhinin
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW--Bank Sentral Rusia mengatakan Rusia masih harus menghadapi sanksi dan stagnansi ekonomi tiga tahun ke depan. Bank Sentral Rusia juga tengah menguatkan strategi untuk mempertahankan nilai rouble atas keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap konflik Ukraina dan keuntungan atas penjualan minyak.

Reuters, Senin (10/11) menyebut dalam laporan tahunan strategi kebijakan moneternya, Bank Sentral Rusia memprediksi pertumbuhan ekonomi Rusia hanya 0,3 persen pada 2014 ini, nol persen pada 2015, dan 0,1 persen pada 2016. Pertumbuhan yang sedikit lebih baik mencapai 1,6 persen diprediksi akan terjadi pada 2017.

Sebelumnya Bank Sentral Rusia memprediksi pertumbuhan ekonomi negara pecahan Uni Soviet itu mencapai 0,4 persen pada 2014, satu persen pada 2015, dan 1,9 persen di 2016.

Net capital outflow sektor privat juga sebelumnya diproyeksi akan mencapai 128 miliar dolar AS hingga akhir 2014 dan 99 miliar dolar As pada 105. Jumlah ini meningkat signifikan dari prediksi sebelumnya 90 miliar dolar AS pada 2014 dan 35 miliar dolar AS pada 2015.

Nilai rouble juga berkurang hingga seperempatnya setelah pertengahan tahun ini Putin mendukung pemisahan Ukraina dari Eropa.

Bank Sentral Rusia menyatakan prediksi ini didasarkan pada antisipasi sanksi atas Rusia terkait dukungan terhadap pemisahan Ukraina hingga akhir 2017 dan asumsi membaiknya harga minyak dunia hingga 95 dolar AS per barel tahun depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement