Kamis 12 Feb 2015 12:09 WIB

Bangli Jadi Sentral Baru Peternakan Sapi Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Peternakan sapi (ilustrasi)
Foto: Antara
Peternakan sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kabupaten Bangli akan dikembangkan sebagai sentral baru peternakan sapi di Provinsi Bali. Hal ini karena Bangli terletak di dataran tinggi didukung cuaca yang sejuk sehingga cocok untuk pengembangan peternakan.

"Potensi peternakan sapi di Bangli tinggi, sehingga kabupaten ini menjadi prioritas pengembangan gabungan kelompok tani (gapoktan) tahun ini," kata Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika di Denpasar, Kamis (12/2).

Pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan pendanaan khusus untuk tujuh gapoktan di Bangli tahun ini. Masing-masing gapoktan akan mendapatkan bantuan dana hingga Rp 225 juta. Mereka diharapkan konsisten mengembangkan potensi peternakan sapi di wilayahnya.

Bupati Bangli, I Made Gianyar berterima kasih atas apresiasi pemprov untuk wilayahnya. Ia mengatakan Bangli memiliki program Gita Santi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat desa, khususnya bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.

"Mottonya adalah Membangun Bali dari Bangli, Membangun Bangli dari Desa, dan Membangun Desa dari Keluarga," ujar Gianyar.

Populasi sapi Bali saat ini sudah meningkat dari 478 ribu ekor pada 2013 menjadi 533 ribu ekor pada akhir 2014. Selain Bangli, Karangasem menjadi sentra peternakan sapi lainnya di Pulau Dewata.

"Populasi sapi terbesar di Bali itu ada di Karangasem. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 140 ribu ekor," kata Bupati Karangsem, I Wayan Gredeg.

Bali memiliki daya tampung untuk populasi sapi hingga 700 ribu ekor. Demi mendukung swasembada sapi nasional, Bali akan terus meningkatkan populasi sapinya. Salah satu caranya dengan menggandeng masyarakat setempat mengembangkan pola pembibitan rakyat. 

Pemerintah pusat sebagai regulator tengah gencar mendorong swasembada daging. Jika ingin berswasembada, pemerintah pusat berkewajiban menyediakan 90 persen total kebutuhan daging sapi dari dalam negeri, sedangkan 10 persen sisanya bisa diperoleh dari pasokan luar negeri, berupa daging impor atau sapi impor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement