Jumat 08 Mar 2019 10:52 WIB

Aktivitas Masyarakat Bali Kembali Normal Usai Nyepi

Penyepian Hari Raya Nyepi yang telah dilaksanakan selama 24 jam, Kamis (7/3),

Red: Andi Nur Aminah
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 di kawasan Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis (7/3/2019).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1941 di kawasan Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Kamis (7/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Aktivitas masyarakat di Bali mulai kembali berangsur normal seperti biasa, Jumat (8/3) pagi. Setelah umat Hindu selesai menjalankan Catur Brata Penyepian Hari Raya Nyepi yang telah dilaksanakan selama 24 jam, sejak Kamis (7/3) pukul 06.00 WITA.

Di wilayah Desa Adat Tuban, Badung, Bali, terlihat aktivitas warga Pulau Dewata tampak pulih kembali setelah pukul 06.00 WITA. Jalanan yang pada saat Hari Raya Nyepi tampak lengang, mulai tampak dilewati oleh sejumlah pengendara dan pejalan kaki.

Tak hanya umat Hindu yang selesai menjalankan brata penyepian. Warga beragama lain yang selama satu hari sebelumnya berada di dalam rumah saat Nyepi, juga telah mulai keluar rumah.

Selain itu, wisatawan dan tamu hotel yang pada saat Hari Raya Nyepi berada dalam kawasan hotel, juga mulai tampak keluar hotel menikmati suasana pagi di sekitar hotel.

Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang tidak beroperasional 24 jam penuh selama Hari Raya Nyepi (7/3), juga terpantau sudah mulai dipadati oleh penumpang pesawat yang datang maupun yang akan meninggalkan Pulau Dewata. Meskipun aktivitas warga setelah Nyepi sudah mulai normal, suasana hari raya masih sangat terasa di wilayah Bali. Karena pada hari ini umat Hindu di Bali memasuki "Ngembak Geni" atau yang berarti bebas menyalakan api.

Bendesa Adat Tuban, I Wayan Mendra, menjelaskan sebagian besar umat Hindu memanfaatkan Hari "Ngembak Geni" untuk melakukan Dharma Santi Nyepi atau saling bersilaturahmi. "Sama seperti umat Muslim yang bersilaturahmi saat Idul Fitri, kami saat "Ngembak Geni" setelah menjalani Catur Brata Penyepian juga melakukan silaturahmi dengan keluarga dan teman-teman," katanya

Di wilayah Desa adat Tuban, saat "Ngembak Geni" juga dilaksanakan kegiatan "Pasar Mejelangu" yang diangkat dari tradisi "Med-Medan" atau yang berarti tarik tambang. "Pasar Majelangu kami gelar di sepanjang Jalan Raya Tuban dan akan menampung ratusan warga kami yang membuka stan dengan menjual berbagai barang Usaha Kecil Menengah dan ada juga usaha kuliner," ujar Wayan Mendra. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement