Selasa 17 Dec 2019 02:11 WIB

Ancaman Banjir dan Longsor di Jawa Tengah Cukup Tinggi

Seluruh wilayah Pantura Jateng merupakan daerah rawan banjir.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andri Saubani
Foto aerial suasana permukiman warga yang tergenang air rob di Desa Pasir Sari, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (5/12/2019). Untuk mengurangi banjir rob, Pemerintah Kabupaten Pekalongan melakukan pembangunan tanggul sepanjang empat kilometer di kawasan pesisir Kabupaten Pekalongan.
Foto: Oky Lukmansyah/Antara
Foto aerial suasana permukiman warga yang tergenang air rob di Desa Pasir Sari, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (5/12/2019). Untuk mengurangi banjir rob, Pemerintah Kabupaten Pekalongan melakukan pembangunan tanggul sepanjang empat kilometer di kawasan pesisir Kabupaten Pekalongan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menyusul pergantian dari musim kemarau ke musim penghujan, Jawa Tengah (Jateng) terus mewaspadai ancaman bencana hidrometerologi, di wilayahnya. Alasannya, hampir seluruh wilayah provinsi ini didominasi oleh daerah dengan kerawanan bencana tersebut.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sudaryanto yang dikonfirmasi mengungkapkan, seluruh wilayah pantai utara (pantura) Jateng, mulai dari Kabupaten Brebes hingga Kabupaten Rembang, merupakan daerah dengan rawan bencana banjir.

Baca Juga

“Artinya, daerah dengan kerawanan bencana banjir ini, sebagian besar ada di wilayah pantura, mulai dari pantura barat hingga pantura timur Jawa Tengah,” ungkapnya di Semarang, Senin (16/12).

Di luar wilayah pantura secara keseluruhan, lanjutnya, daerah di Jawa Tengah dengan kerawanan banjir cukup tinggi juga ada di wilayah Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Kabupaten Klaten. Kemudian, untuk wilayah Jateng bagian barat, daerah rawan ada di Kabupaten Cilacap, Kebumen dan sebagian Purworejo.

“Kawasan ini, tentunya menjadi perhatian terkait dengan risiko bencana banjir di musim penghujan kali ini,” jelasnya.

Di luar kawasan kerawanan bencana banjir, kata Sudaryanto, Jateng juga memiliki tingkat kerawanan bencana tanah longsor yang cukup tinggi dan hampir merata di 35 kabupaten/ kota. Sebab, dari 35 kabupaten/ kota yang ada di Provinsi Jateng, sebanyak 30 kabupaten/ kota di antaranya merupakan daerah rawan bencana tanah longsor, terutama daerah yang memiliki wilayah berbukit.

Dengan kondisi kerawanan tersebut, lanjut Sudaryanto, Jateng terus meningkatkan langkah- langkah untuk mengantisipasi kerawanan kebencanaaan ini. Baik melalui kesiapan SDM dan infrastruktur pendukung penanganan kebencanaan.

Dengan menyisakan sedikit daerah yang minim dari risiko kebencanaan ini, lanjutnya, sebenarnya Jateng membutuhkan lebih banyak infrastruktur sistem peringatan dini (EWS) ancaman bencana tersebut. Karena keterbatasan anggaran dan kemampuan APBD daerah serta banyaknya wilayah yang memiliki risiko kerawanan tersebut, Jateng belum bisa sepenuhnya mengandalkan mitigasi kebencanaan dari sistim peringatan dini tersebut.

Namun begitu, lanjutnya, di sejumlah wilayah yang memiliki karakteristik dan faktor resiko kebencanaan cukup tinggi menjadi prioritas dari pemasangan sistim peringatan dini bencana alam tersebut. Ia mencontohkan, baru- baru ini Pemerintah Provinsi Jateng telah memasang sedikitnya tiga alat sistim peringatan dini bencana tanah longsor di tiga lokasi di wilayah Kabupaten Kebumen, dalam rangka menghadapi muusim penghujan kali ini.

“Salah satunya di wilayah Desa Segoro, Kecamatan Padang kita pasang alat EWS tanah longsor tersebut. Jadi ketika ada tanda- tanda pergerakan tanah di lokasi tersebut, warga bisa segera meninggalkan pemukiman untuk menuju ke lokasi yang lebih aman dan sudah disiapkan,” jelasnya.

Sistem peringatan dini bencana yang telah dipasang di Jateng, ujar Sudaryanto, tidak hanya sistem peringatan dini untuk bahaya tanah longsor. Di beberapa wilayah juga telah dipasang sistim peringatan dini sesuai dengan karakteristik kebencanaan masing- masing.

Seperti peringatan dini banjir, sistim peringatan dini gempa bumi serta sistim peringatan dini tsunami. Memang pemasangan ini belum menjangkau semua wilayah yang terpetakan memiliki tingkat kerawanan cukup tinggi.

Selain itu, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah memasang alat sistim peringatan dini gempa bumi, yang sedikitnya di 15 kabupaten/ kota yang ada di Jateng. Di luar upaya ini, Jateng juga terus berupaya meningkatkan kapasitas mitigasi dan eduksi mengenai kebencanaan kepada warga yang tinggal di kawasan atau wilayah rawan resiko bencana tersebut.

Melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan seluruh komponen yang terlibat dalam penanganan kebencanaan ini, di harapkan akan mampu mengantisipasi keterbatasan infrastruktur sistim peringatan dini bencana alam di daerahnya. Sehingga, masyarakat semakin tahu dan mampu melaksanakan langkah- langkah yang harus segera dilakukan, jika ancaman kebencanaan tersebut benar- benar datang.

“Harapannya, korban jiwa massal bisa ditekan jika terjadi bencana alam,” tutupnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗشَهِيْدٌۢ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗوَاُوْحِيَ اِلَيَّ هٰذَا الْقُرْاٰنُ لِاُنْذِرَكُمْ بِهٖ وَمَنْۢ بَلَغَ ۗ اَىِٕنَّكُمْ لَتَشْهَدُوْنَ اَنَّ مَعَ اللّٰهِ اٰلِهَةً اُخْرٰىۗ قُلْ لَّآ اَشْهَدُ ۚ قُلْ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ وَّاِنَّنِيْ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai (Al-Qur'an kepadanya). Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, “Aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).”

(QS. Al-An'am ayat 19)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement