Selasa 08 Dec 2020 15:07 WIB

Presiden Tsai: Setiap Hari Taiwan Dapat Ancaman Militer

Ancaman militer dari China terjadi karena Taiwan membeli paket senjata ke AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Warga beraktivitas di salah satu pasar di Taipei, Taiwan, Ahad (29/11).
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Warga beraktivitas di salah satu pasar di Taipei, Taiwan, Ahad (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan setiap hari negaranya mendapat ancaman militer. Ini terjadi setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket penjualan senjata ke Taiwan untuk keenam kalinya pada tahun ini sebesar 280 juta dolar AS.

Pemerintahan Presiden Donald Trump meningkatkan dukungannya ke pulau yang diklaim Cina tersebut. Totalnya pemerintahan Trump mengumumkan 11 paket penjualan senjata ke Taiwan.

Pada Senin (7/12) kemarin pemerintah AS mengirimkan notifikasi ke Kongres atas penjualan Sistem Komunikasi Informasi Lapangan ke Taiwan. China mengecam keras penjualan tersebut. Penjualan ini dinilai memperburuk hubungan Beijing-Washington.

China memberlakukan sanksi pada perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam transaksi tersebut dan meningkatkan aktivitas militer mereka sekitar Taiwan. Termasuk menjalankan misi Angkatan Udara harian.  

Dalam forum keamanan di Taipei, Selasa (8/12) Tsai mencatat ancaman-ancaman yang berlangsung di kawasan. Seperti 'meningkatnya militerisasi' China di Laut China Selatan. Beijing membangun pulau buatan yang dilengkapi fasilitas angkatan laut dan udara di perairan tersebut.

"Pasukan pemerintahan otoriter kerap mencoba melanggar norma-norma ketertiban, Taiwan telah menerima ancaman militer tanpa akhir setiap hari," kata Tsai.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan penjualan senjata yang terbaru menunjukan komitmen AS untuk membantu Taiwan memperkuat pertahanannya tidak berubah. "Taiwan dan Amerika Serikat akan melanjutkan konsolidasi kemitraan keamanan mereka untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," kata Kementerian Pertahanan Taiwan.

Pemerintah Taiwan sudah bergerak untuk memastikan pemerintahan Presiden terpilih Joe Biden tidak melonggarkan dukungan AS terhadap Taiwan. Dalam forum yang sama mantan diplomat AS Kurt Campbell yang kini menjabat sebagai penasihat Biden mengatakan dukungan AS terhadap Taiwan bipartisan.

"Sekelompok orang di kedua belah pihak politik mengerti signifikansi strategis yang mendalam dan kepentingan strategis kami untuk menjaga hubungan kuat dengan Taiwan," kata Campbell yang menjadi wakil menteri luar negeri wilayah Asia Timur selama pemerintahan Barack Obama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement